Kisah Usaid bin Hudhair, Lantunan Al-Qurannya Didengar Malaikat



Usaid bin Hudhair (أسيد بن حضير) adalah putra dari tokoh dan pimpinan kabilah Aus. Ia termasuk orang Anshar pertama yang memeluk Islam. Setelah berislam, ia menghadiri Bai'at Aqabah. Yang merupakan janji setia untuk melindungi Rasulullah ﷺ di negeri yang baru, Kota Madinah. Ia juga seorang yang bacaan Al-Qur'annya didengarkan oleh malaikat. Bagaimana kisah keislamannya ? Dan bagaimana keistimewaan perjalanan hidupnya ? Simak kisah berikut ini.

Latar Belakang Usaid bin Hudhair


Namanya adalah Usaid bin Hudhair bin Abdul Asyhal Al-Anshari radhiyallahu 'anhu. Ia adalah ksatria kabilah Aus dan pemuka mereka. Ayahnya juga panglima perang kabilah besar itu dan salah seorang tokoh mulia dalam sejarah Arab masa jahiliyah. Sebagaimana kata pepatah, "Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya." Demikian juga antara Usaid dan ayahnya Hudhair.

Usaid bin Hudhair adalah seorang yang terdidik. Ia mampu menulis, padahal bangsa Arab di masa itu adalah kaum yang ummi, buta huruf. Ia juga mampu berenang dan jago memanah. Orang-orang Arab klasik menyebut mereka yang memiliki kemampuan demikian dengan Al-Kamil (orang yang sempurna).

Di kalangan Anshar, Usaid termasuk orang yang pertama memeluk Islam. Bahkan sebelum Sa'ad bin Mu'adz menerima Islam. Ia menerima dakwah Mush'ab bin Umair yang diutus oleh Rasulullah ﷺ untuk mendakwahi penduduk Yatsrib. Setelah itu, Usaid tergabung dalam orang-orang yang menawarkan Rasulullah ﷺ negeri hijrah. Karena Mekkah sudah sangat tak aman. Madinah pun mereka jamin siap menerima sang sayyidul anam, serta para Muhajirin Mekkah.

Usaid bin Hudhair Memeluk Islam


Saat orang-orang Anshar pulang dari bai'at pertama mereka kepada Rasulullah ﷺ, beliau sertakan Mush'ab bin Umair bersama mereka. Seorang juru dakwah yang bertugas membacakan Al-Qur'an kepada penduduk Yatsrib, mengajarkan mereka Islam, dan memberi pemahaman tentang agama.

Di Madinah, Mush'ab disebut dengan muqri. Ia tinggal di rumah As'ad bin Zurarah. Kemudian As'ad mengajaknya menuju kebun milik Bani Zhafar.

Keduanya duduk di dalamnya bersama orang-orang yang telah memeluk Islam. Melihat gencarnya dakwah Mush'ab dan penerimaan penduduk Madinah, tokoh mereka, Sa'ad bin Mu'adz, tidak tinggal diam. Ia mengutus Usaid bin Hudhair untuk menemui Mush'ab bin Umair dan As'ad bin Zurarah.

Sa'ad berkata kepada Usaid, "Pergilah ! Temui dua orang itu. Keduanya datang untuk menipu orang-orang lemah di tengah kita. Cegahlah mereka ! As'ad bin Zurarah itu anak dari bibiku, kalau bukan karena itu, aku sendiri yang akan mengurusnya."

Sa'ad bin Mu'adz dan Usaid bin Hudhair adalah dua pemuka kabilah Bani Asyhal. Keduanya memiliki kedekatan.

Usaid bin Hudhair segera mengambil tombaknya. Lalu berangkat menemui Mush'ab dan As'ad. Saat As'ad melihat kedatangan Usaid, ia berkata kepada Mush'ab, "Ini adalah pemuka kaumnya. Ia telah datang menemuimu. Ikhlaslah kepada Allah ﷻ dalam menghadapinya."

As'ad berharap kalau pemuka bani Abdul Asyhal ini akan menerima dakwah Mush'ab.

Mush'ab berkata, "Kalau dia mau duduk, aku akan bicara dengannya."

Usaid tiba di hadapan keduanya. Ia mulai mencaci maki mereka berdua. Lalu Usaid berkata, "Apa yang kalian berdua ajarkan ! Kalian mau membodohi orang lemah di tengah kami ? Pergi ! Tinggalkan kami kalau kalian masih mau hidup !"

Mush'ab berkata kepada Usaid, "Bagaimana kalau engkau duduk dulu dan mau mendengarkan ? Kalau yang kau dengar kau ridhai, terimalah. Tapi kalau yang kau dengar adalah sesuatu yang kau benci, aku tak akan melanjutkan apa yang tak kau sukai."

Usaid pun menancapkan tombaknya dan duduk bersama keduanya. Mush'ab mulai berbicara padanya tentang Islam dan membacakannya Al-Qur'an. Setelah itu, Mush'ab dan As'ad berkata, "Demi Allah, sebelum berbicara dengannya (lebih jauh) kami tahu dari wajahnya yang berseri dan teduh kalau ia telah menerima Islam."

Usaid berkata, "Alangkah bagus dan indahnya ucapan itu (Al-Qur'an). Apa yang kalian lakukan kalau ingin memeluk agama ini ?"

Keduanya menjawab, "Mandi dan bersucilah. Bersihkan pakaianmu. Lalu bersyahadatlah dan kerjakan shalat."

Usaid pun berdiri. Ia mandi dan bersuci. Lalu membersihkan pakaiannya. Setelah itu ia bersyahadat dengan syahadat yang tulus, lalu shalat dua rakaat.

Sejarawan berbeda pendapat apakah ia ikut serta dalam Perang Badar atau tidak. Yang pasti, ia turut serta dalam Perang Uhud. Setelah berislam, Rasulullah ﷺ mempersaudarakannya dengan Zaid bin Haritsah radhiyallahu 'anhu.

Bacaan Al-Qur'an Usaid bin Hudhair Yang Indah

Dari Abu Said Al-Khudri, dari Muhammad bin Ibrahim, dari Usaid bin Hudhair, Nabi ﷺ bersabda,
اقْرَأْ يَا أُسَيْدُ فَقَدْ أُوتِيتَ مِزْمَارًا مِنْ مَزَامِيرِ آلِ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَامُ

"Bacalah hai Usaid. Sungguh engkau dikaruniai (keindahan suara seperti) seruling dari seruling-serulingnya keluarga Daud 'alaihissalam." (Al-Ahad wa Al-Matsani li Ibnu Abi Ashim, Nomor 1707)

Di suatu malam yang larut, Usaid bin Hudhair duduk di beranda belakang rumahnya. Anaknya, Yahya, tidur di sampingnya. Kuda yang selalu siap sedia untuk berperang fi sabilillah, ditambat tidak jauh dari tempatnya duduk. Suasana malam tenang, lembut, dan hening. Permukaan langit jernih dan bersih. Bintang-bintang melayangkan pandangannya ke permukan bumi yang sedang tidur dengan perasaan kasihan dan penuh simpati. Terpengaruh oleh suasana malam hening dan kudus itu, hati Usaid tergerak hendak menyebarkan harum-haruman ke udara lembab dan bersih berupa harum-haruman Al-Qur'an yang suci.

Dibacanyalah Al-Qur'an dengan suaranya yang empuk dan merdu,
الٓمّٓ 

alif-laaam-miiim

"Alif Lam Mim." (QS. Al-Baqarah 2 : Ayat 1)

ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ  ۛ  فِيْهِ  ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَ 

zaalikal-kitaabu laa roiba fiih, hudal lil-muttaqiin

"Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa," (QS. Al-Baqarah 2 : Ayat 2)

الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِا لْغَيْبِ وَ يُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ 

allaziina yu-minuuna bil-ghoibi wa yuqiimuunash-sholaata wa mimmaa rozaqnaahum yungfiquun

"(Yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan sholat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka," (QS. Al-Baqarah 2 : Ayat 3)

وَا لَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِمَاۤ اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَاۤ اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ ۚ وَبِا لْاٰ خِرَةِ هُمْ يُوْقِنُوْنَ 

wallaziina yu-minuuna bimaaa ungzila ilaika wa maaa ungzila ming qoblik, wa bil-aakhiroti hum yuuqinuun

"Dan mereka yang beriman kepada (Al-Qur'an) yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dan (kitab-kitab) yang telah diturunkan sebelum engkau, dan mereka yakin akan adanya akhirat." (QS. Al-Baqarah 2 : Ayat 4)

Mendengar bacaan tersebut, kudanya lari berputar-putar hampir memutuskan tali pengikatnya. Ketika Usaid diam, kuda itu diam dan tenang pula. Usaid melanjutkan membaca,
اُولٰٓئِكَ عَلٰى هُدًى مِّنْ رَّبِّهِمْ ۙ وَاُ ولٰٓئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ

ulaaa-ika 'alaa hudam mir robbihim wa ulaaa-ika humul-muflihuun

"Merekalah yang mendapat petunjuk dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. Al-Baqarah 2 : Ayat 5)

Kudanya lari dan berputar-putar pula lebih hebat dari semula. Usaid diam, maka diam pula kuda tersebut. Hal seperti itu terjadi berulang-ulang. Bila dia membaca Al-Qur'an, kudanya lari dan berontak. Bila dia diam, maka tenang pula kuda itu kembali.
Usaid khawatir anaknya akan terinjak oleh kuda, lalu dibangunkannya. Ketika dia melihat ke langit, terlihat olehnya awan seperti payung yang mengagumkan.

Belum pernah terlihat olehnya sebelumnya. Payung itu sangat indah berkilat-kilat, tergantung seperti lampu-lampu memenuhi ufuk dengan sinarnya yang terang. Awan itu bergerak naik hingga hilang dari pemandangan. Setelah hari pagi, Usaid pergi menemui Rasulullah ﷺ. Diceritakannya kepada beliau peristiwa yang dialami dan dilihatnya semalam.

Rasulullah ﷺ berkata, "Itu malaikat yang ingin mendengarkan engkau membaca Al-Qur'an, hai Usaid. Seandainya engkau teruskan bacaanmu, pastilah orang banyak akan melihatnya pula. Pemandangan itu tidak akan tertutup dari mereka."

Usaid bin Hudhair Bersama Rasulullah ﷺ

Usaid bin Hudhair bukanlah ahlul badr. Ia tak turut serta dalam perang pertama umat Islam dengan orang-orang musyrikin Mekkah itu. Ia berkata, "Wahai Rasulullah ﷺ, segala puji bagi Allah yang telah memberimu kemenangan dan membuatmu bahagia. Demi Allah wahai Rasulullah ﷺ, aku tak turut serta di Badr karena aku tak menyangka Engkau bertemu dengan musuh. Aku mengira Engkau hanya mencegah kafilah Quraisy. Kalau aku tahu Engkau akan berperang, pasti aku tak akan ketinggalan."

Rasulullah ﷺ berkata, "Iya, engkau berkata jujur."

Kita tahu, keberangkatan Rasulullah ﷺ ke Badr bukanlah untuk berperang. Tapi untuk mencegah kafilah dagang. Rasulullah ﷺ juga tak mewajibkan semua sahabat ikut serta. Bahkan beliau hanya mengajak mereka yang benar-benar sudah siap. Tak butuh lagi persiapan lama. Karena mencegah kafilah harus segera dilakukan, tak perlu banyak orang, dan tak perlu persiapan lengkap.

Usaid bin Hudhair radhiyallahu 'anhu adalah salah seorang sahabat yang pernah mencandai Rasulullah ﷺ dengan menuntut qishash pada beliau.

Usaid bin Hudhair berkata, "Saat ia sedang bercanda dan membuat orang-orang tertawa, Rasulullah ﷺ mencolok pinggangnya dengan kayu. Usaid berkata, "Aku meminta balas atas apa yang Engkau lakukan." Rasulullah ﷺ berkata, "Balaslah." Usaid berkata lagi, "Engkau memakai baju, sedangkan aku tadi tidak." Lalu Rasulullah ﷺ melepas bajunya. Serta merta Usaid mendekap Beliau dan menciumi tubuh Beliau, antara pinggang dan rusuk. Usaid berkata, "Yang kuinginkan itu hanya ini, wahai Rasulullah ﷺ (bukan membalas)."

Usaid Bersama Para Sahabat

Dari Abdullah bin Hubairah, ia menceritakan bahwa Usaid bin Hudhair adalah imam di perkampungan Bani Abdul Asyhal. Suatu hari ia mengalami sakit. Saat baru sembuh dari sakitnya, ia berangkat ke masjid.

Orang-orang berkata, "Majulah (menjadi imam)."

Usaid mengatakan, "Tidak. Aku tidak mampu shalat (secara sempurna)."

Kaumnya kembali berkata, "Tidak ada yang akan menjadi imam selama engkau ada di tengah kami."

Usaid berkata, "Duduklah."

Mereka pun shalat sambil duduk.

Inilah kedudukan Usaid di tengah kaumnya. Dan apabila imam duduk karena sakit, makmum pun duduk walaupun mereka mampu berdiri.

Usaid bin Hudhair Bersama Abu Bakar

Dari Aisyah radhiyallahu 'anha, istri Nabi ﷺ, ia berkata, "Suatu hari kalungku terjatuh di daerah Baida. Saat itu kami hampir sampai di Madinah. Rasulullah ﷺ memerintahkan untuk menderumkan hewan tunggangan dan bermalam di daerah tersebut. Saat Rasulullah ﷺ tidur di pangkuanku, ayahku menusuk-nusuk pinggangku. Ia marah karena kecerobohanku dan merugikan waktu rombongan. Ia berkata, "Engkau ini membuat orang tertahan." Lalu Rasulullah ﷺ bangun dan waktu subuh pun tiba. Beliau mencari-cari air (untuk wudhu) namun tak mendapatkannya. Maka turunlah firman Allah Subhanahu wa Ta'ala,
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِذَا قُمْتُمْ اِلَى الصَّلٰوةِ فَا غْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَاَ يْدِيَكُمْ اِلَى الْمَرَا فِقِ وَا مْسَحُوْا بِرُءُوْسِكُمْ وَاَ رْجُلَكُمْ اِلَى الْـكَعْبَيْنِ ۗ وَاِ نْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَا طَّهَّرُوْا ۗ وَاِ نْ كُنْتُمْ مَّرْضٰۤى اَوْ عَلٰى سَفَرٍ اَوْ جَآءَ اَحَدٌ مِّنْكُمْ مِّنَ الْغَآئِطِ اَوْ لٰمَسْتُمُ النِّسَآءَ فَلَمْ تَجِدُوْا مَآءً فَتَيَمَّمُوْا صَعِيْدًا طَيِّبًا فَا مْسَحُوْا بِوُجُوْهِكُمْ وَاَ يْدِيْكُمْ مِّنْهُ ۗ مَا يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِّنْ حَرَجٍ وَّلٰـكِنْ يُّرِيْدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَ لِيُتِمَّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

yaaa ayyuhallaziina aamanuuu izaa qumtum ilash-sholaati faghsiluu wujuuhakum wa aidiyakum ilal-maroofiqi wamsahuu biru-uusikum wa arjulakum ilal-ka'baiin, wa ing kungtum junubang faththohharuu, wa ing kungtum mardhooo au 'alaa safarin au jaaa-a ahadum mingkum minal-ghooo-ithi au laamastumun-nisaaa-a fa lam tajiduu maaa-ang fa tayammamuu sho'iidang thoyyibang famsahuu biwujuuhikum wa aidiikum min-h, maa yuriidullohu liyaj'ala 'alaikum min harojiw wa laakiy yuriidu liyuthohhirokum wa liyutimma ni'matahuu 'alaikum la'allakum tasykuruun

"Wahai orang-orang yang beriman ! Apabila kamu hendak melaksanakan sholat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu junub, maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan debu yang baik (suci), usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur." (QS. Al-Ma'idah 5 : Ayat 6)

Usaid bin Hudhair berkata, "Allah memberikan keberkahan kepada kalian untuk orang-orang, wahai keluarga Abu Bakar. Kalian ini adalah keberkahan."

Usaid bin Hudhair Bersama Umar bin Al-Khathab

Usaid bin Hudhair berkata, "Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda,
إنكم ستلقون بعدي أثرة

"Sungguh, sepeninggalku nanti kalian akan melihat egoisme (mementingkan diri sendiri)."

Saat zaman pemerintahan Umar dibagi-bagikanlah pakaian. Aku termasuk orang yang mendapat bagian. Kulihat pakaian itu, lalu kuberikan pada anakku (karena kekecilan). Saat aku sedang shalat, ada orang yang melewatiku. Seorang pemuda Quraisy. Ia juga mengenakan pakaian yang dibagikan itu. Tapi pakaian miliknya menjulur panjang.

Aku langsung teringat dengan sabda Nabi Muhammad ﷺ, "Sungguh sepeninggalku nanti kalian akan melihat egoisme (mementingkan diri sendiri)." Aku berkomentar, "Benar sekali apa yang Beliau sabdakan."

Lalu ada seseorang yang pergi menuju Umar mengabarkan hal tersebut. Umar datang menemuiku saat aku hendak shalat. Ia berkata, "Shalatlah, Usaid." Setelah shalat, ia berkata, "Apa yang kau katakan ?"

Kusampaikanlah kepadanya. Ia berkata, "Itu adalah pakaian yang dikirimkan kepada si Fulan. Seorang yang turut dalam Perang Badar, Uhud, dan Bai'at Aqabah. Lalu datang anak muda tersebut dan membelinya darinya. Ia pun memakainya. Aku tahu apa yang beliau sabdakan itu terjadi pada zamanku." Aku berkata, "Demi Allah hai Amirul Mukminin, aku tak menyangkan hal itu terjadi di zamanmu."

Usaid bin Hudhair Menjadi Jalan Kebaikan Untuk Orang Lain

Setelah memeluk Islam, Usaid berkata kepada Mush'ab, "Sesungguhnya di belakangku terdapat seseorang (yaitu Sa'ad bin Mu'adz), kalau dia sampai mengikuti kalian berdua, pasti tak seorang pun dari kaumnya yang ketinggalan mengikutinya. Aku akan datangkan dia kepada kalian berdua sekarang."

Lalu ia meminta Sa'ad bin Mu'adz untuk menemui Mush'ab. Sa'ad bin Mu'adz pun memeluk Islam. Kemudian diikuti oleh orang-orang Kabilah Aus lainnya.

Kedudukan Usaid bin Hudhair

Dalam Sunan At-Tirmidzi terdapat riwayat dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda,
نِعْمَ الرجلُ أبو بكرٍ نعْمَ الرجلُ عمرُ نِعْم الرجلُ أبو عبيدةَ بنَ الجرَّاحِ نِعْمَ الرجلُ أُسَيدُ بنُ حُضَيرٍ نِعْمَ الرجلُ ثابتُ بنُ قيسِ بنُ شمَّاسٍ نِعْمَ الرجلُ معاذُ بنُ جبلٍ نعْمَ الرجلُ معاذُ بنُ عمرو بنُ الجَموحِ

"Sebaik-baik laki-laki adalah Abu Bakar. Sebaik-baik laki-laki adalah Umar. Sebaik-baik laki-laki adalah Abu Ubaidah bin al-Jarrah. Sebaik-baik laki-laki adalah Usaid bin Hudhair. Sebaik-baik laki-laki adalah Tsabit bin Qais bin Syammas. Sebaik-baik laki-laki adalah Mu'adz bin Jabal. Sebaik-baik laki-laki adalah Mu'adz bin Amr bin Al-Jamuh."

Di antara para sahabat yang meriwayatkan hadits Rasulullah ﷺ dari Usaid bin Hudhair adalah Ummul Mukminin Aisyah, Anas bin Malik, Abdurrahman bin Abi Laila, Ikrimah bin Khalid bin Al-'Ash radhiyallahu 'anhu jami'an.

Aisyah radhiyallahu 'anha berkata, "Ada tiga orang dari Anshar yang keutamaannya tidak tertandingi oleh orang-orang Anshar lainnya. Mereka semua dari Bani Abdul Asyhal, Sa'ad bin Mu'adz, Usaid bin Hudhair, Ibbad, bin Bisyr."


Wafatnya Usaid bin Hudhair


Usaid bin Hudhair wafat pada tahun 20 Hijriyah. Ia dimakamkan di Baqi'. Saat wafat, ia meninggalkan hutang sebanyak 4000 Dirham. Lalu dijuallah tanahnya.

Umar berkata, "Aku tak akan meninggalkan anak-anak saudaraku dalam keadaan miskin."

Kemudian tanahnya dikembalikan dan dari invesati tanah dibayarkan utangnya tersebut, setiap tahun dibayar 1000 Dirham.

usaid bin hudhair adalah, usaid ibn hudhair, usaid bin hudair biography, kisah usaid bin hudhair, kisah usaid bin hudhair dengan al qur'an, biografi usaid bin hudhair, keutamaan usaid bin hudhair, karomah usaid bin hudhair, usaid bin hudhair angels, kisah sahabat usaid bin hudhair, kisah sahabat nabi usaid bin hudhair, usaid bin hudair wiki, usaid ibn hudair wiki, usaid bin hudair.

LihatTutupKomentar