Kisah Sahabat Nabi - Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiyallahu Anhu (Wafat Tahun 13 Hijriyah)

Nasab Abu Bakar Ash-Shiddiq

Nama lengkap Abu Bakar radhiyallahu 'anhu adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amru bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib bin Fihr Al-Quraisy At-Taimi. Bertemu nasabnya dengan Nabi ﷺ pada kakeknya, Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay.

Abu Bakar radhiyallahu 'anhu adalah sahabat Rasulullah ﷺ yang telah menemani Rasulullah ﷺ sejak awal diutusnya Beliau ﷺ sebagai Rasul, beliau termasuk orang yang pertama kali masuk Islam. Abu Bakar radhiyallahu memiliki memiliki julukan Ash-Shiddiq dan Atiq.

Ada yang berkata bahwa Abu Bakar radhiyallahu 'anhu dijuluki Ash-Shiddiq karena ketika terjadi peristiwa isra' mi'raj, orang-orang mendustakan kejadian tersebut, sedangkan Abu Bakar radhiyallahu 'anhu langsung membenarkan.

Allah ﷻ telah mempersaksikan persahabatan Rasulullah ﷺ dengan Abu Bakar radhiyallahu 'anhu dalam firman-Nya,
اِلَّا تَـنْصُرُوْهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللّٰهُ اِذْ اَخْرَجَهُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا ثَا نِيَ اثْنَيْنِ اِذْ هُمَا فِى الْغَا رِ اِذْ يَقُوْلُ لِصَا حِبِهٖ لَا تَحْزَنْ اِنَّ اللّٰهَ مَعَنَا ۚ فَاَ نْزَلَ اللّٰهُ سَكِيْنَـتَهٗ عَلَيْهِ وَاَ يَّدَهٗ بِجُنُوْدٍ لَّمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِيْنَ كَفَرُوا السُّفْلٰى ۗ وَكَلِمَةُ اللّٰهِ هِيَ الْعُلْيَا ۗ وَا للّٰهُ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ

"Jika kamu tidak menolongnya (Muhammad), sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari Mekah), sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, ketika itu dia berkata kepada sahabatnya, "Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita." Maka Allah menurunkan ketenangan kepadanya (Muhammad) dan membantu dengan bala tentara (malaikat-malaikat) yang tidak terlihat olehmu, dan Dia menjadikan seruan orang-orang kafir itu rendah. Dan firman Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana." (QS. At-Taubah 9 : Ayat 40)

'Aisyah radhiyallahu 'anha, Abu Sa'id, dan Ibnu Abbas dalam menafsirkan ayat tersebut mengatakan bahwa, Abu Bakar lah yang mengiringi Nabi ﷺ dalam gua tersebut.

Allah ﷻ juga berfirman,
وَا لَّذِيْ جَآءَ بِا لصِّدْقِ وَصَدَّقَ بِهٖۤ اُولٰٓئِكَ هُمُ الْمُتَّقُوْنَ

"Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan orang yang membenarkannya, mereka itulah orang yang bertakwa." (QS. Az-Zumar 39 : Ayat 33)

Al-Imam Adz-Dzahabi setelah membawakan ayat diatas dalam kitabnya Al-Kabaa'ir, beliau meriwayatkan bahwa Ja'far Shadiq berkata,
"Tidak ada perselisihan lagi bahwa orang yang datang dengan membawa kebenaran adalah Rasulullah ﷺ, sedangkan yang membenarkannya adalah Abu Bakar radhiyallahu 'anhu. Masih adakah keistimewaan yang melebihi keistimewaannya di tengah-tengah para sahabat ?"

Dari Amru bin Al-Ash radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah ﷺ mengutusnya atas pasukan Dzatus Salasil,
"Aku lalu mendatangi Beliau ﷺ dan bertanya, "Siapa manusia yang paling engkau cintai ?" Beliau ﷺ menjawab, "Aisyah", aku berkata, "Kalau dari lelaki ?" Beliau ﷺ menjawab, "Ayahnya (Abu Bakar)", aku berkata, "Lalu siapa ?" Beliau ﷺ menjawab, "Umar", lalu menyebutkan beberapa orang lelaki." (HR.Bukhari dan Muslim)

"Sesungguhnya Allah ﷻ telah menjadikanku sebagai kekasih-Nya, sebagaimana Dia menjadikan Ibrahim 'alaihissalam sebagai kekasih-Nya. Dan kalau saja aku mengambil dari umatku sebagai kekasih, akan aku jadikan Abu Bakar radhiyallahu 'anhu sebagai kekasih." (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Sa'id radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah ﷺ duduk di mimbar kemudian bersabda,
"Sesungguhnya ada seorang hamba yang diberi pilihan oleh Allah ﷻ, antara diberi kemewahan dunia dengan apa yang di sisi-Nya. Maka hamba itu memilih apa yang di sisi-Nya.

Lalu Abu bakar menangis dan menangis, kemudian berkata, "Ayah dan ibu kami sebagai tebusanmu"

Abu Sa'id berkata, "Yang dimaksud hamba tersebut adalah Rasulullah ﷺ, dan Abu Bakar adalah orang yang paling tahu diantara kami".

Rasulullah ﷺ bersabda, "Sesungguhnya orang yang paling banyak memberikan perlindungan kepadaku dengan harta dan persahabatannya adalah Abu Bakar. Andaikan aku boleh mengambil seorang kekasih (dalam riwayat lain ada tambahan, "selain Rabb-ku"), niscaya aku akan mengambil Abu Bakar sebagai kekasihku. Tetapi ini adalah persaudaraan dalam Islam. Tidak ada di dalam masjid sebuah pintu kecuali telah ditutup, melainkan hanya pintu Abu Bakar saja (yang masih terbuka)." (HR. Bukhari dan Muslim)

Rasulullah ﷺ bersabda,
"Sesungguhnya Allah ﷻ telah mengutusku kepada kalian semua. Namun kalian malah berkata, "Kamu adalah pendusta." Sedangkan Abu Bakar membenarkan (ajaranku), dia telah membantuku dengan jiwa dan hartanya. Apakah kalian akan meninggalkan aku (dengan meninggalkan) sahabatku ?" Rasulullah ﷺ mengucapkan kalimat itu 2 kali, sejak itu Abu bakar tidak pernah disakiti (oleh seorangpun dari kaum muslimin)." (HR. Bukhari)

Masa Kekhalifahan Abu Bakar Ash-Shiddiq

Dalam riwayat Al-Bukhari yang diriwayatkan dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha, bahwa ketika Rasulullah ﷺ wafat, Abu Bakar radhiyallahu 'anhu datang dengan menunggangi kuda dari rumahnya yang berada di daerah Sunh.

Abu Bakar radhiyallahu 'anhu turun dari hewan tunggangannya itu kemudian masuk ke masjid. Beliau tidak mengajak seorang pun untuk berbicara sampai akhirnya masuk ke dalam rumah 'Aisyah radhiyallahu 'anha.

Abu Bakar radhiyallahu 'anhu lalu menyingkap wajah Rasulullah ﷺ yang ditutupi dengan kain kemudian mengecup keningnya. Abu Bakar pun menangis dan berkata,
"Demi ayah dan ibuku sebagai tebusanmu, Allah ﷻ tidak akan menghimpun dua kematian pada dirimu. Adapun kematian yang telah ditetapkan pada dirimu, berarti engkau memang sudah meninggal."

Kemudian Abu Bakar radhiyallahu 'anhu keluar dan Umar radhiyallahu 'anhu sedang berbicara dihadapan orang-orang. Maka Abu Bakar berkata,
"Duduklah wahai Umar !"

Namun Umar enggan untuk duduk, maka orang-orang menghampiri Abu Bakar dan meninggalkan Umar.

Abu Bakar radhiyallahu 'anhu berkata,
"Amma ba'du, barang siapa diantara kalian ada yang menyembah Muhammad ﷺ, maka sesungguhnya Muhammad ﷺ telah mati. Kalau kalian menyembah Allah ﷻ, maka sesungguhnya Allah ﷻ Maha Hidup dan tidak akan pernah mati."

Allah ﷻ telah berfirman,
وَمَا مُحَمَّدٌ اِلَّا رَسُوْلٌ ۚ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ ۗ اَفَاۡئِنْ مَّا تَ اَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلٰۤى اَعْقَا بِكُمْ ۗ وَمَنْ يَّنْقَلِبْ عَلٰى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَّضُرَّ اللّٰهَ شَيْــئًا ۗ وَسَيَجْزِى اللّٰهُ الشّٰكِرِيْنَ

"Dan Muhammad hanyalah seorang rasul, sebelumnya telah berlalu beberapa rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh, kamu berbalik ke belakang (murtad) ? Barang siapa berbalik ke belakang, maka dia tidak akan merugikan Allah sedikit pun. Allah akan memberi balasan kepada orang yang bersyukur." (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 144)

Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu berkata,
"Demi Allah ﷻ, seakan-akan orang-orang tidak mengetahui bahwa Allah ﷻ telah menurunkan ayat ini sampai Abu Bakar radhiyallahu 'anhu membacakannya. Maka semua orang menerima ayat Al-Qur'an itu, tak seorangpun diantara mereka yang mendengarnya melainkan melantunkannya."

Sa'id bin Musayyab rahimahullah meriwayatkan, bahwa Umar radhiyallahu ketika ketika itu berkata,
"Demi Allah, sepertinya aku baru mendengar ayat itu ketika dibaca oleh Abu Bakar, sampai-sampai aku tak kuasa mengangkat kedua kakiku, hingga aku tertunduk ke tanah ketika aku mendengar Abu Bakar membacanya. Kini aku sudah tahu bahwa Nabi ﷺ memang sudah meninggal."

Dalam riwayat Al-Bukhari lainnya, Umar berkata,
"Maka orang-orang menabahkan hati mereka sambil tetap mengucurkan air mata. Lalu orang-orang Anshar berkumpul di sekitar Sa'ad bin Ubadah yang berada di Saqifah Bani Sa'idah. Mereka berkata, "Dari kalangan kami (Anshar) ada pemimpin, demikian pula dari kalangan kalian !"

Maka Abu Bakar, Umar, dan Abu Ubaidah bin Al-Jarrah radhiyallahu 'anhuma mendekati mereka. Umar mulai bicara, namun segera dihentikan oleh Abu Bakar. Dalam hal ini Umar berkata, "Demi Allah ﷻ, yang kuinginkan sebenarnya hanyalah mengungkapkan hal yang menurutku sangat bagus. Aku khawatir Abu Bakar tidak menyampaikannya."

Kemudian Abu Bakar bicara, ternyata dia orang yang terfasih dalam ucapannya, Abu Bakar berkata, "Kami adalah pemimpin, sedangkan kalian adalah para menteri."

Habbab bin Al-Mundzir menanggapi perkataan Abu Bakar, "Tidak, demi Allah ﷻ kami tidak akan melakukannya, dari kami ada pemimpin dan dari kalian juga ada pemimpin."

Abu Bakar menjawab, "Tidak, kami adalah pemimpin, sedangkan kalian adalah para menteri. Mereka (kaum Muhajirin) adalah suku Arab yang paling adil, yang paling mulia, dan paling baik nasabnya. Maka bai'atlah Umar atau Abu Ubaidah bin Al-Jarrah."

Maka Umar menyela, "Bahkan kami akan membai'atmu. Engkau adalah sayyid kami, orang yang terbaik diantara kami dan paling dicintai Rasulullah ﷺ.

Umar lalu memegang tangan Abu Bakar dan membai'atnya yang kemudian diikuti oleh orang banyak. Lalu ada seorang yang berkata, "Kalian telah membunuh (hak khalifah) Sa'ad bin Ubadah." Maka Umar berkata, "Allah ﷻ yang telah membunuhnya." (HR. Bukhari)

Menurut 'ulama ahli sejarah, Abu Bakar radhiyallahu 'anhu menerima jasa dalam memerah susu kambing untuk penduduk desa. Ketika beliau telah dibai'at menjadi khalifah, ada seorang wanita desa berkata,
"Sekarang Abu Bakar tidak akan lagi memerahkan susu kambing kami.

Perkataan itu didengar oleh Abu Bakar radhiyallahu 'anhu sehingga beliau berkata,
"Tidak, bahkan aku akan tetap menerima jasa memerah susu kambing kalian. Sesungguhnya aku berharap dengan jabatan yang telah aku sandang sekarang ini sama sekali tidak merubah kebiasaanku di masa silam."

Terbukti bahwa Abu Bakar radhiyallahu 'anhu tetap memerahkan susu kambing-kambing mereka.

Ketika Abu Bakar radhiyallahu 'anhu diangkat sebagai khalifah, beliau memerintahkan Umar radhiyallahu 'anhu untuk mengurusi urusan haji kaum muslimin. Barulah pada tahun berikutnya Abu Bakar radhiyallahu 'anhu menunaikan haji.

Sedangkan untuk ibadah umrah, Abu Bakar radhiyallahu 'anhu melakukannya pada bulan Rajab tahun 12 Hijriyah. Beliau memasuki kota Mekkah sekitar waktu dhuha dan langsung menuju rumahnya. Abu Bakar radhiyallahu 'anhu ditemani oleh beberapa orang pemuda yang sedang berbincang-bincang dengannya.

Lalu dikatakan kepada ayahnya Abu Bakar radhiyallahu 'anhu, Abu Quhafah,
"Ini putramu (telah datang) !"

Maka Abu Quhafah berdiri dari tempatnya, Abu Bakar bergegas menyuruh untanya untuk bersimpuh. Beliau turun dari untanya ketika unta itu belum sempat bersimpuh dengan sempurna sambil berkata,
"Wahai ayahku, janganlah engkau berdiri !"

Lalu Abu Bakar memeluk ayahnya, Abu Quhafah dan mengecup keningnya. Tentu saja Abu Quhafah menangis sebagai luapan rasa bahagia dengan kedatangan putranya, Abu Bakar radhiyallahu 'anhu.

Setelah itu, datanglah beberapa tokoh kota Mekkah seperti Attab bin Usaid, Suhail bin Amru, Ikrimah bin Abi Jahal, dan Al-Harits bin Hisyam. Mereka semua mengucapkan salam kepada Abu Bakar,
"Assalamu'alaika wahai khalifah Rasulullah !"

Mereka semua menjabat tangan Abu Bakar radhiyallahu 'anhu, lalu Abu Quhafah berkata,
"Wahai Atiq (julukan Abu Bakar), mereka itu adalah orang-orang yang baik. Oleh karena itu, jalinlah persahabatan yang baik dengan mereka !

Abu Bakar berkata,
"Wahai ayahku, tidak ada daya dan upaya kecuali hanya dengan pertolongan Allah ﷻ. Aku telah diberi beban yang sangat berat, tentu saja aku tidak akan memiliki kekuatan untuk menanggungnya kecuali hanya dengan pertolongan Allah ﷻ."

Lalu Abu Bakar melanjutkan perkataannya,
"Apakah ada orang yang akan mengadukan sebuah perbuatan dzalim ?"

Ternyata tidak ada seorangpun yang datang kepada Abu Bakar radhiyallahu 'anhu untuk melaporkan sebuah kedzaliman. Semua orang malah menyanjung pemimpin mereka tersebut.

Wafatnya Abu Bakar Ash-Shiddiq

Menurut para 'ulama ahli sejarah mengatakan, bahwa Abu Bakar radhiyallahu 'anhu meninggal dunia pada malam selasa, tepatnya antara waktu maghrib dan isya tanggal 8 Jumadil Awwal 13 Hijriyah. Usia Abu Bakar radhiyallahu 'anhu ketika meninggal dunia adalah 63 tahun.

Abu Bakar radhiyallahu 'anhu berwasiat agar jenazahnya dimandikan oleh Asma' binti Umais, istri beliau. Kemudian beliau dimakamkan di samping makam Rasulullah ﷺ.

Umar bin Khathab radhiyallahu 'anhu menshalati jenazahnya diantara makam Nabi ﷺ dan mimbar (Ar-Raudhah), sedangkan yang turun langsung ke dalam liang lahat adalah putranya yang bernama Abdurrahman bin Abu Bakar, Umar bin Khathab, Utsman bin Affan, dan Thalhah bin Ubaidillah radhiyallahu 'anhuma.

#kisah abu bakar, #abu bakar, #abu bakar as siddiq, #abu bakar menjadi khalifah selama, #abu bakar as siddiq, #nama asli abu bakar, #abu bakar ash shiddiq,
LihatTutupKomentar