Kata Mutiara Ali bin Abi Thalib Tentang Kematian

"Perbanyaklah mengingat kematian, hari keluarnya kalian dari kubur dan hari berdirinya kalian di hadapan Allah ﷻ, niscaya berbagai musibah akan terasa ringan bagi kalian."

"Berziarahlah ke kuburan, niscaya ia akan mengingatkanmu akan negeri akhirat. Ikut sertalah dalam memandikan jenazah, niscaya hatimu akan tergerak karena tubuh yang terbujur kaku adalah peringatan yang berkesan. Dan ikutlah menshalati jenazah, karena barangkali hal itu dapat membuatmu bersedih. Sebab, orang yang sedang bersedih itu dekat kepada Allah ﷻ."

"Dalam wasiatnya kepada anaknya, Al-Hasan, Imam Ali radhiyallahu 'anhu menga­takan, "Wahai anakku, perbanyaklah mengingat kematian dan tempat ke­mana engkau pergi serta yang engkau akan sampai padanya se­telah mati. Sehingga, bila kematian itu mendatangimu, maka eng­kau telah berjaga-jaga terhadapnya, engkau telah mempersiapkan diri untuk itu, dan ia tidak mendatangimu secara mendadak dan mengejutkanmu."

"Aku sungguh heran terhadap seseorang Yangon lupa akan kematian, padahal dia melihat orang-orang yang meninggal dunia."

"Aku wasiatkan kepada kalian untuk senantiasa mengingat kematian dan mengurangi kelalaian darinya. Bagaimana mungkin kalian melu­pakan sesuatu yang tidak akan pernah melupakan kalian, dan ba­gaimana mungkin kalian mengharapkan sesuatu yang tidak akan pernah memberi kesempatan kepada kalian ?"

"Ingatlah akan penghancur segala kesenangan dan syahwat serta pemutus segala harapan, yakni kematian, ketika kalian ber­maksud hendak melakukan segala perbuatan yang buruk."

"Ambillah manfaat dengan zikir dan mendengarkan nasihat. Sea­kan-akan kematian telah mencengkeram leher kalian dan segala harapan telah terputus dari kalian. Tiap-tiap diri ada bersamanya seorang malaikat penggiring dan seorang malaikat penyaksi. Se­orang malaikat penggiring yang menggiringnya ke padang mah­syar, dan seorang malaikat penyaksi yang menjadi saksi atas segala perbuatannya."

"Barangsiapa yang merasa berat karena musibah, maka hendaklah dia mengingat kematian, karena hal itu akan meringankannya. Dan barangsiapa yang merasa disempitkan oleh suatu urusan, maka hen­daklah dia mengingat kubur, karena hal itu akan melapangkannya."

"Sesungguhnya Allah ﷻ memiliki malaikat yang menyerukan pada setiap harinya, "Mereka dilahirkan untuk kematian, berkum­pul untuk kefanaan, dan membangun untuk keruntuhan."

"Perhatikanlah perbuatan yang seandainya kematian mendatangimu, engkau senang karena sedang dalam perbuatan itu. Oleh karena itu, kerjakanlah perbuatan baik itu sekarang juga karena mung­kin saja engkau akan meninggal sekarang juga."

"Suatu perkara kematian yang engkau tidak tahu kapan ia akan mendatangimu, maka apa yang mencegahmu untuk bersiap-siap menyambutnya sebelum ia mendatangimu secara tiba-tiba ?"

"Anggaplah ringan kematian itu, karena letak kesakitannya adalah ketika engkau merasa takut padanya."

"Pernah Imam Ali radhiyallahu 'anhu mendengar seseorang mendoakan sahabat­nya, orang itu berdoa, "Semoga Allah tidak memperlihatkan kepa­damu sesuatu yang tidak disukai." Maka, Imam Ali radhiyallahu 'anhu berkata, "Sesungguhnya engkau mendoakan baginya kematian. Sebab, orang yang hidup di dunia, pasti dia akan melihat sesuatu yang tidak disukai."

"Ketahuilah, sesungguhnya Pemilik kematian adalah juga Pemilik kehidupan. Pencipta adalah Dia Yang mematikan. Yang membina­sakan adalah Dia yang menghidupkan kembali. Dan yang membe­rikan cobaan adalah Dia yang memberikan keselamatan."

"Demi Allah ﷻ, sesungguhnya yang mencegahku dari senda gurau ada­lah mengingat kematian."

"Mengharapkan kematian saat kematian itu datang adalah lebih bu­ruk dari pada kematian itu sendiri. Dan membenci kehidupan saat kehidupan itu hilang darimu adalah lebih baik dari pada kehidupan itu sendiri."

"Setiap zaman mempunyai makanan pokok, sedangkan engkau ada­lah makanan pokok kematian."

"Jika engkau di belakang dan kematian di depan mendekatimu, maka alangkah cepatnya pertemuan dengan kematian itu."

"Pada setiap kehidupan akan menghadapi kematian."

"Segala sesuatu memerlukan makanan pokok, sedangkan kalian ada­lah makanan pokok serangga. Barangsiapa yang berjalan di permu­kaan bumi, maka tempat kembalinya adalah perut bumi."

"Uban adalah pengingat kematian."

"Engkau akan mengetahui keadaan itu (kematian) sesuai hakikatnya, akan tetapi saat itu engkau tidak mampu mengingatkan seorang pun tentangnya."

"Betapa banyak orang yang merasa nyaman di suatu negeri, sementa­ra dia tidak menyadari bahwa kematiannya berada di negeri itu."

"Betapa banyak orang yang mencari kematiannya sendiri."

"Engkau akan digiring kepada sesuatu yang pasti akan kau jumpai (kematian)."
LihatTutupKomentar