Kisah Sayyidah Khadijah Bertemu Nabi Muhammad ﷺ

Kisah Khadijah binti Khuwailid, Sayyidah Khadijah Bertemu Nabi Muhammad ﷺ - Ronies30


Suatu ketika, Khadijah radhiyallahu 'anha mencari orang yang dapat menjual dagangannya. Maka ketika Khadijah radhiyallahu 'anha mendengar tentang Muhammad ﷺ sebelum bi'tsah (diangkat menjadi Nabi) yang mempunyai sifat jujur, amanah, serta berakhlak mulia, maka Khadijah radhiyallahu 'anha meminta kepada Muhammad ﷺ untuk menjualkan dagangannya bersama seorang pembantunya, Maisarah.

Khadijah memberikan barang dagangan kepada Muhammad ﷺ melebihi dari apa yang dibawa oleh orang-orang selainnya. Muhammad ﷺ, yang memiliki julukan Al-Amin pun menyetujuinya, lalu berangkatlah Beliau ﷺ bersama Maisarah dan Allah ﷻ menjadikan dagangan yang dibawanya menghasilkan keuntungan yang sangat banyak.

Diceritakan pada suatu hari, sebelum Nabi Muhammad ﷺ mengambil upah memimpin rombongan dagangan ke Syam itu, Khadijah telah didatangi satu mimpi yang agak aneh dan ini menyebabkan beliau segera menemui sepupunya, pendeta atau rahib agama Hanif, yaitu Waraqah bin Naufal atau nama lengkapnya Waraqah bin Naufal bin Assad bin Abdul 'Uzza bin Qusayy Al-Qurashi.

Khadijah radhiyallahu 'anha berkata kepada Waraqah,
"Tadi malam aku bermimpi sangat menakjubkan, aku melihat matahari berputar-putar di atas Kota Mekkah, lalu turun ke arah bumi. Ternyata matahari itu turun dan memasuki rumahku, cahayanya yang sangat agung itu membuatku terkejut, kemudian aku terbangun dari tidurku."

Mendengarkan hal tersebut, lalu Waraqah berkata,
"Aku sampaikan berita gembira kepadamu, bahwa akan ada seorang lelaki agung serta mulia yang akan datang untuk menjadi teman hidupmu. Dia memiliki kedudukan penting dan kemasyhuran yang semakin hari semakin meningkat."

Khadijah binti Khuwailid merasa gembira atas keuntungan yang banyak tersebut karena usaha dari Muhammad ﷺ, akan tetapi ketakjubannya terhadap kepribadian Muhammad ﷺ semakin besar dan semakin mendalam dari semua itu. Maka mulailah muncul perasaan-perasaan aneh yang berbaur dalam benaknya, yang belum pernah beliau rasakan sebelumnya. Khadijah berpikir bahwa pemuda ini (Nabi Muhammad ﷺ) tidak sama dengan kebanyakan laki-laki lain dan perasaan-perasaan yang lain.

Akan tetapi dia merasa pesimis, apa mungkin pemuda tersebut mau menikahinya, mengingat umurnya yang sudah mencapai 40 tahun ? Apa nanti kata orang-orang karena ia telah menutup pintu bagi para pemuka Quraisy yang sudah banyak melamarnya ?

Maka disaat Khadijah bingung dan gelisah karena masalah yang muncul dalam pikirannya, tiba-tiba muncullah seorang temannya yang bernama Nafisah binti Munabbih. Kemudian dia ikut duduk dan berdialog hingga kecerdikan Nafisah mampu menebak rahasia yang disembuyikan oleh Khadijah tentang masalah yang dihadapi dalam kehidupannya.

Nafisah membesarkan hati Khadijah serta menenangkan perasaannya dengan mengatakan bahwa Khadijah adalah seorang wanita yang memiliki martabat, keturunan orang terhormat, memiliki harta, dan berparas cantik. Terbukti dengan banyaknya para pemuka Quraisy yang ingin melamarnya.

Selanjutnya, ketika Nafisah keluar dari rumah Khadijah, dia langsung menemui Muhammad ﷺ, Al-Amin hingga terjadilah dialog yang menunjukan kelihaian serta kecerdikannya.

Nafisah berkata,
"Apakah yang menghalangimu untuk menikah wahai Muhammad ﷺ ?

Muhammad ﷺ menjawab,
"Aku tidak memiliki apa-apa untuk menikah."

Sambil tersenyum Nafisah berkata,
"Jika aku pilihkan untukmu seorang wanita yang kaya raya, cantik, dan berkecukupan, maka apakah kamu mau menerimanya ?

Muhammad ﷺ bertanya,
"Siapakah dia ?"

Nafisah menjawab dengan cepat,
"Dia adalah Khadijah binti Khuwailid."

Muhammad ﷺ berkata,
"Jika dia setuju, maka akupun setuju."

Maka Nafisah pun pergi menemui Khadijah untuk menyampaikan kabar gembira tersebut, sedangkan Muhammad ﷺ memberitahukan kepada paman-paman Beliau ﷺ tentang keinginannya untuk menikahi sayyidah Khadijah.

Kemudian berangkatlah Abu Thalib, Hamzah, dan yang lainnya menemui paman Khadijah yang bernama Amru bin Asad untuk melamar Khadijah bagi putra saudaranya dan selanjutnya menyerahkan mahar.

Setelah selesai akad nikah, mereka menyembelih beberapa ekor hewan untuk kemudian dibagikan kepada orang-orang fakir. Khadijah membuka pintu bagi keluarga dan handai taulan, diantara mereka terdapat Halimah As-Sa'diyah yang datang untuk menyaksikan pernikahan anak susuannya.

Setelah itu dia kembali ke kampungnya dengan membawa 40 ekor kambing sebagai hadiah perkawinannya yang mulia dari Khadijah, karena dahulu dia telah menyusui Muhammad ﷺ yang sekarang menjadi suami tercintanya.

Maka jadilah Sayyidah Khadijah radhiyallahu 'anha sebagai istri dari Muhammad ﷺ dan jadilah dirinya sebagai contoh yang paling utama serta paling baik dalam hal mencintai suami dan mengutamakan kepentingan suami dari pada kepentingannya sendiri.

Dimana ketika Nabi Muhammad ﷺ mengharapkan Zaid bin Haritsah, maka dihadiahkanlah oleh Khadijah kepada Muhammad ﷺ. Demikian juga ketika Muhammad ﷺ ingin mengambil salah seorang dari putra pamannya, Abu Thalib, maka Khadijah menyediakan suatu ruangan bagi Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu agar dia dapat mencontoh akhlak suaminya, yaitu Muhammad ﷺ.

Allah ﷻ memberikan karunia kepada rumah tangga Khadijah beserta Nabi Muhammad ﷺ berupa kebehagaian dan nikmat yang berlimpah, serta dikaruniakan kepada keduanya berupa putra putri yang bernama Al-Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqqayah, Ummi Kultsum, dan Fathimah Az-Zahra.

nabi muhammad bertemu khadijah, kisah nabi muhammad bertemu khadijah, sejarah khadijah, siapa khadijah, kisah nabi muhammad bertemu siti khadijah, khadijah al kubra artinya, khadijah adalah, kapan nabi muhammad menikah dengan khadijah, kapan khadijah wafat, nabi muhammad siti khadijah, wafatnya khadijah, khadijah menikah dengan rasulullah pada usia, siapakah muhammad, kapan nabi muhammad menikah, cerita khadijah.
LihatTutupKomentar