Kisah Abu Hurairah, Pemuka Para Hafizh dan Rawi

Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, nama yang terkenal di kalangan umat Islam, baik yang awam apalagi memang pelajar agama. Ia sering disebut-sebut ketika hadits Nabi ﷺ akan dibacakan, ia adalah imamnya para hafiz serta rawi-rawi hadits.

Silsilah Abu Hurairah

Nama lengkap Abu Hurairah (ابو هريرة) adalah Abu Hurairah Ad-Dausi Al-Azdi Al-Yamani, ia berasal dari kabilah Daus bin Adnan bin Abdullah bin Zahran. Sejarawan berbeda pandangan tentang nama asli Abu Hurairah. Ada yang mengatakan namanya adalah Abdurrahman bin Shakhr, ada juga yang mengatakan namanya adalah Abdusy Syams, ada lagi yang menyebut namanya adalah Abdu Amr.

Sementara yang lain merincinya, di masa jahiliyah namanya Abdusy Syams dan di masa kejayaan Islam menjadi Abdullah. Dan masih ada yang berpendapat selain itu.

Namun pendapat yang paling masyhur menyebutkan namanya adalah Abdurrahman bin Shakhr Ad-Dausy.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu sendiri, ia berkata, "Di masa jahiliyah, namaku adalah Abdusy Syams (hamba matahari), lalu Rasulullah ﷺ menamaiku Abdurrahman (hamba Ar-Rahman)."

Nama panggilannya adalah Abu Hurairah, nama panggilan ini lebih masyhur dari pada namanya. Nama panggilannya ini, Abu Hurairah (bapak kucing kecil), ia dapatkan karena kebiasannya membawa serta merawat kucing kecilnya. Rasulullah ﷺ juga biasa memanggilnya dengan Abu Hir (bapak kucing).

Di dalam hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu sendiri, ia bercerita,
: دخلت مع رسول الله صلى الله عليه وسلم فَوَجَدَ لَبَنًا فِي قَدَحٍ فَقَالَ “أَبَا هِرٍّ الْحَقْ أَهْلَ الصُّفَّةِ فَادْعُهُمْ إِلَيَّ”. وأمه ميمونة بنت صبيح

Aku menemui Rasulullah ﷺ, kudapati ada susu di sebuah wadah. Lalu beliau berkata, "Abu Hir, temui orang-orang ahlu suffah. Suruh mereka menemuiku." (HR. Al-Bukhari)

Ibunya Abu Hurairah bernama Maimunah binti Shubaih.

Dari Salim bin Hayyan, ia berkata, "Aku mendengar ayahku berkata, "Aku mendengar Abu Hurairah mengatakan, "Aku tumbuh besar sebagai seorang yatim, dan aku ini seorang perantau yang miskin. Aku bekerja dengan Busrah binti Ghazwan agar bisa mengisi perutku yang kosong dan supaya kakiku bertenaga untuk melangkah. Aku melayani mereka kalau mereka di rumah, dan sendirian saat mereka bersafar, lalu Allah menikahkannya denganku." Segala puji bagi Allah yang mengokohkan agama ini dan menjadikan Abu Hurairah seorang imam."

Abu Hurairah Memeluk Islam

Abu Hurairah memeluk Islam antara peristiwa Hudaibiyah dan Perang Khaibar. Di Madinah, ia adalah seorang perantau (muhajirin). Saat ia memeluk Islam, Nabi ﷺ sedang berada di Khaibar.

Keislaman Abu Hurairah ini (setelah karunia Allah ﷻ) adalah berkat dakwah sahabat yang mulia, Ath-Thufail bin Amr Ad-Dausi. Setelah Ath-Thufail memeluk Islam, ia mendakwahi kaumnya, mereka pun menerima dakwahnya serta memeluk Islam. Lalu ia mengajak 70 atau 80 orang dari kabilahnya itu untuk datang ke Kota Madinah. Di antara mereka itulah ada Abu Hurairah.

Pengaruh Rasulullah ﷺ Kepada Abu Hurairah

Rasulullah ﷺ memiliki pengaruh besar pada kepribadian Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu. Bagaimana tidak, sejak Nabi Muhammad ﷺ datang ke Madinah hingga Nabi ﷺ wafat, Abu Hurairah selalu mengiringi Nabi Muhammad ﷺ. Wajar jika ia menjadi salah seorang penghafal hadits yang paling banyak di tengah para sahabat.

Dalam kondisi apapun, Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu selalu bersama Nabi Muhammad ﷺ. Baik ketika dalam kelaparan ataupun saat kenyang, dimana ada Rasulullah ﷺ, di situ juga ada Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu.

Jadi, walaupun kebersamaannya sangat singkat dengan Rasulullah ﷺ, Abu Hurairah mampu mencapai tingkatakan yang tidak dicapai oleh sahabat lainnya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah ﷺ bersabda,
يَا أَبَا هُرَيْرَةَ كُنْ وَرِعًا، تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ، وَكُنْ قَنِعًا، تَكُنْ أَشْكَرَ النَّاسِ، وَأَحِبَّ لِلنَّاسِ مَا تُحِبُّ لِنَفْسِكَ، تَكُنْ مُؤْمِنًا، وَأَحْسِنْ جِوَارَ مَنْ جَاوَرَكَ، تَكُنْ مُسْلِمًا، وَأَقِلَّ الضَّحِكَ، فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ

"Abu Hurairah, jadilah seorang yang wara', niscaya engkau akan jadi seorang yang paling taat. Jadilah seorang yang qanaah (merasa cukup), niscaya engkau akan jadi seorang yang paling bersyukur. Apa yang engkau suka mendapatkannya, sukai juga untuk orang lain, niscaya engkau menjadi seorang beriman yang sejati. Berbuat baiklah kepada tetanggamu, niscaya engkau jadi muslim sejati. Sedikitlah tertawa, karena banyak tertawa itu mematikan hati." (HR. Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami' Ash-Shaghir wa Ziyadatihi)

Abu Hurairah bercerita, "Aku pernah mendakwahi ibuku untuk memeluk Islam, karena saat itu ia masih musyrik. Suatu Ketika kudakwahi dia, tiba-tiba ia malah menyebut nama Rasulullah ﷺ dengan sebutan yang benci untuk kudengar. Lalu kutemui Rasulullah ﷺ sambil menangis.

Aku berkata, "Wahai Rasulullah ﷺ, aku mendakwahi ibuku agar menerima Islam, tapi ia menolak ajakanku. Hari ini kucoba lagi untuk mendakwahinya, tapi ia malah menyebutmu dengan sesuatu yang aku benci mendengarnya. Tolong doakan kepada Allah untuk ibu Abu Hurairah, semoga Dia memberinya hidayah."

Rasulullah ﷺ kemudian berdoa,
اللَّهُمَّ اهْدِ أُمَّ أَبِي هُرَيْرَةَ

"Ya Allah, berilah petunjuk kepada ibu Abu Hurairah."

Kemudian aku pergi dengan gembira karena doa Nabi ﷺ. Ketika aku tiba di rumah, kudapati pintu tertutup, ibuku mendengar derat suara langkahku.

Ia berkata, "Tetap di tempatmu, Abu Hurairah."

Aku mendegar gemericik air, ibuku mandi lalu ia mengenakan pakaian serta khimar, setelah itu ia bukakan pintu.

Ia berkata, "Abu Hurairah, aku bersaksi tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah."

Aku kembali menuju Rasulullah ﷺ, kutemui Nabi ﷺ sambil menangis bahagia.

Aku berkata, "Ya Rasulullah ﷺ, bergembiralah Allah telah mengabulkan doa engkau dan telah memberi petunjuk kepada ibu Abu Hurairah."

Beliau kemudian memuji serta menyanjung Allah, kemudian berkata, "Khairan."

Aku berkata lagi, "Wahai Rasulullah ﷺ, tolong doakan agar aku serta ibuku mencintai hamba-hamba Allah yang beriman dan mereka juga mencintai kami."

Kemudian Rasulullah ﷺ berdoa,
اللَّهُمَّ حَبِّبْ عُبَيْدَكَ هَذَا -يعنى أبا هريرة وأمه- إِلَى عِبَادِكَ الْمُؤْمِنِينَ وَحَبِّبْ إِلَيْهِمُ الْمُؤْمِنِينَ

"Ya Allah, buatlah dua orang hamba-Mu ini (Abu Hurairah beserta ibunya) mencintai hamba-hamba-Mu yang beriman dan buatlah mereka juga mencintai keduanya."

Abu Hurairah berkata, "Tidak ada seorang mukmin pun yang mendengar serta melihatku kecuali mencintaiku." (HR. Muslim 2491 dan Ahmad 8242)

Abu Hurairah, Penghafal Hadits Terbanyak

Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu merupakan salah seorang sahabat Nabi ﷺ yang paling banyak hafalan haditsnya.

Sebagaimana ucapan Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu sendiri,
مَا كَانَ أَحَدٌ أَحْفَظَ لِحَدِيثِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنِّي إلَّا مَا كَانَ مِنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو، فَإِنِّي كُنْتُ أَعِي بِقَلْبِي وَكَانَ يَعِي بِقَلْبِهِ، وَيَكْتُبُ بِيَدِهِ؛ اسْتَأْذَنَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي ذَلِكَ “فَأَذِنَ لَهُ

"Tidak ada seorang pun yang paling banyak menghafal hadits Rasulullah ﷺ melebihi diriku, kecuali Abdullah bin Amr. Aku mengingat hadits dengan hafalanku, sementara dia mengingat dengan hafalannya dan juga mencatatnya. Ia meminta izin kepada Nabi ﷺ untuk mencatat, Rasulullah ﷺ pun mengizinkannya." (Ath-Thahawi: Syarah Musykilul Atsar, Tahqiq: Syu'aib Al-Arna'uth, 4/355)

Imam Asy-Syafi'i menyatakan bahwa Abu Hurairah adalah orang yang paling banyak dinukil hadits darinya. Ada 800 orang sahabat, bahkan lebih yang meriwayatkan hadits Nabi ﷺ dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu.

Abu Hurairah adalah sahabat yang paling banyak haditsnya, beliau meriwayatkan sebanyak 5374 hadits. Ada juga yang menyebutkan riwayatnya sejumlah 5364 hadits.

Ilmu Dan Amal Abu Hurairah

Selain seorang penghafal hadits, Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu juga termasuk seorang ahli ibadah di kalangan para sahabat, ia banyak mengamalkan shalat, berpuasa, dzikir, serta shalat malam.

Abu Hurairah berkata,
إِنِّي لَأُجَزِّئُ اللَّيْلَ ثَلَاثَةَ أَجْزَاءٍ: فَثُلُثٌ أَنَامُ، وَثُلُثٌ أَقُومُ، وَثُلُثٌ أَتَذَكَّرُ أَحَادِيثَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسلَّمَ

"Aku membagi malam menjadi tiga bagian, sepertiga malam kugunakan untuk tidur, sepertiga lainnya kugunakan untuk shalat malam, dan sepertiga lainnya lagi untuk mengulang-ulang hafalan hadits Rasulullah ﷺ." (Riwayat Ad-Darimi: Bab Al-Amal bil Ilmi wa Husni An-Niyati Fihi, 272)

Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu shalat di sepertiga bagian malam, istrinya di bagian sepertiga yang lain, dan anaknya di sepertiga yang lain.

Dari Abu Utsman, ia berkata, "Aku menjamu Abu Hurairah selama tujuh hari. Ia, istrinya, serta pembantunya membagi malam menjadi tiga bagian. Yang satu shalat di satu waktu, kemudian bergantian dengan yang lain." (HR. Al-Bukhari dan Ahmad)

Ia juga terbiasa berpuasa Senin dan Kamis.

Abu Hurairah berkata, "Ini adalah dua hari dimana amalan diangkat."

Ia juga mengerjakan shalat sunnah di setiap harinya sebanyak 1000 raka'at.

Abu Hurairah berkata, "Aku shalat sunnah sekadar dosaku."

Abu Hurairah Bersama Rasulullah ﷺ

Begitu banyak rekam kebersamaan Rasulullah ﷺ dengan Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu. Ia benar-benar memanfaatkan momen istimewa itu. Ia optimalkan usia hidup Nabi ﷺ, memetik hikmah darinya agar bermanfaat untuk dunia dan akhiratnya. Abu Hurairah juga sadar, bahwa ia sudah tertinggal karena tidak bersama Nabi ﷺ sejak awal. Sehingga di waktu yang tersisa itu, ia harus maksimalkan bersama Rasulullah ﷺ.

Di antara rekaman kebersamaan Abu Hurairah dengan Rasulullah ﷺ, tercatat dalam riwayat-riwayat berikut ini,
من هذه المواقف ما ذُكِر عند البخاري وغيره: عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ: “أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقِيَهُ فِي بَعْضِ طَرِيقِ الْمَدِينَةِ وَهُوَ جُنُبٌ، فقال أبو هريرة رضي الله عنه: فَانْخَنَسْتُ مِنْهُ فَذَهَبَ فَاغْتَسَلَ ثُمَّ جَاءَ فَقَالَ: أَيْنَ كُنْتَ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ، قَالَ: كُنْتُ جُنُبًا فَكَرِهْتُ أَنْ أُجَالِسَكَ وَأَنَا عَلَى غَيْرِ طَهَارَةٍ، فَقَالَ: سُبْحَانَ اللَّهِ إِنَّ الْمُسْلِمَ لَا يَنْجُسُ”[

"Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan selainnya dari Abu Hurairah bahwa Nabi ﷺ pernah berjumpa dengannya di salah satu jalan Madinah, sementara ia dalam keadaan junub. Abu Hurairah berkata, "Aku malu dan pergi diam-diam." Abu Hurairah lalu pergi mandi dan kembali lagi setelah itu. Nabi ﷺ lalu bertanya, "Kemana engkau tadi, wahai Abu Hurairah ?" Abu Hurairah menjawab, "Aku tadi junub dan aku tidak suka bersama engkau dalam keadaan tidak suci." Rasulullah ﷺ pun bersabda, "Subhanallah ! Sesungguhnya seorang muslim itu tidak najis." (HR. Al-Bukhari 279)

وعنه -أيضًا- أَنَّهُ قَالَ: قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَقَدْ ظَنَنْتُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ أَنْ لَا يَسْأَلُنِي عَنْ هَذَا الْحَدِيثِ أَحَدٌ أَوَّلُ مِنْكَ لِمَا رَأَيْتُ مِنْ حِرْصِكَ عَلَى الْحَدِيثِ، أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ”.

"Diriwayatkan juga dari Abu Hurairah, ia berkata, "Ada yang bertanya kepada Rasulullah ﷺ, "Wahai Rasulullah ﷺ, siapakah orang yang berbahagia dengan syafaatmu pada hari kiamat ?" Rasulullah ﷺ menjawab, "Aku telah menduga wahai Abu Hurairah, bahwa tidak ada orang yang mendahuluimu dalam menanyakan masalah ini. Karena kulihat betapa perhatian dirimu terhadap hadits. Orang yang berbahagia dengan syafaatku di hari kiamat adalah orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallaah dengan ikhlas dari hatinya atau jiwanya." (HR. Al-Bukhari 6201, An-Nasa'i 5842, dan Ahmad 8845)

Abu Hurairah menceritakan kisahnya yang pernah dilanda rasa lapar hebat, lalu ia berkata,

Demi Allah yang tidak ada sesembahan yang benar kecuali Dia, aku pernah tengkurap bersandar pada sisi badanku karena kelaparan. Padahal saat itu sudah kusumpal perutku dengan batu untuk menahan lapar, lalu aku duduk di jalan yang biasa dilewati orang-orang.

Kemudian lewatlah Abu Bakar, aku bertanya kepadanya tentang tafsir suatu ayat dari Kitabullah. Maksudku bertanya tidak lain agar ia mengajak aku makan, ternyata ia berlalu tanpa melakukan apa yang kuharapkan.

Kemudian aku bertemu Umar, aku bertanya juga kepadanya tentang tafsir satu ayat dari Kitabullah. Maksudku bertanya tidak lain agar supaya ia mengajakku makan, ternyata ia tidak melakukan apa yang kuharapkan.

Lalu kemudian aku bertemu dengan Abul Qashim (Nabi Muhammad ﷺ), beliau tersenyum ketika melihatku, beliau paham kondisiku dari raut wajahku.

Beliau berkata, "Wahai Abu Hir."

Aku menjawab, "Iya wahai Rasulullah ﷺ."

Beliau berkata, "Kemarilah."

Rasulullah ﷺ pun berjalan dan aku mengikutinya, beliau masuk rumah lalu aku minta izin masuk, beliau izinkan dan aku pun masuk.

Di rumah Nabi ﷺ terdapat susu di suatu wadah, beliau bertanya kepada yang di rumah, "Dari mana susu ini ?"

Mereka menjawab, "Hadiah untuk engkau dari Fulan atau Fulanah."

Rasulullah ﷺ berkata, "Wahai Abu Hir."

Aku menjawab, "Labbaik ya Rasulullah ﷺ."

Rasulullah ﷺ berkata, "Temuilah orang-orang ahlu suffah (orang-orang miskin yang tinggal di masjid) dan ajak mereka ke sini."

Abu Hurairah berkata, "Ahlu suffah adalah tamu-tamu Islam. Mereka tidak mempunyai keluarga, harta, dan seorang pun yang bisa mereka andalkan. Kalau Nabi ﷺ mendapatkan sedekah, maka beliau kirimkan untuk mereka, beliau sama sekali tidak menikmatinya. Kalau beliau mendapatkan hadiah, beliau nikmati dan membagi juga untuk mereka, hal inilah yang membuatku risau."

Aku berkata (dalam kelaparanku), "Apalah arti susu satu wadah ini dengan banyaknya ahlu suffah, semestinya akulah yang layak duluan menenggak susu ini sehingga tubuhku bisa bugar lagi dengan asupan ini. Setelah mereka kupanggil, ternyata akulah orang yang disuruh menuangkan untuk mereka. Tentu tidak ada lagi susu yang tersisa untukku. Namun karena aku menaati Allah dan Rasul-Nya, kutemui mereka dan kuajak mereka, lalu mereka pun menyambutnya. Setelah sampai, mereka minta izin untuk masuk. Mereka pun diizinkan dan mereka menempati posisi mereka masing-masing.

Rasulullah ﷺ berkata, "Wahai Abu Hir."

Aku menjawab, "Iya, wahai Rasulullah ﷺ."

Rasulullah ﷺ berkata, "Ambil susu itu dan tuangkan untuk mereka."

Kemudian kuambil susu itu dan kutuangkan kepada salah satu dari mereka sampai mereka menolak untuk dituangkan lagi karena kenyang. Kuambil lagi wadah itu lalu kutuangkan pada yang lain, iapun minum sampai kenyang. Kemudian wadah itu dikembalikan kepadaku, lalu kuserahkan lagi pada yang lain dan iapun minum sampai kenyang juga.

Akhirnya, aku tiba di posisi duduk Nabi ﷺ, orang-orang lainnya sudah kenyang semua. Beliau ambil wadah susu itu lalu diletakkan di tangannya.

Rasulullah ﷺ menatapku dan berkata, "Wahai Abu Hir."

Aku berkata, "Labbaika, ya Rasulullah ﷺ."

Rasulullah ﷺ, "Tinggal aku dan engkau sekarang."

Aku berkata, "Benar, ya Rasulullah ﷺ."

Rasulullah ﷺ berkata, "Duduk dan minumlah."

Aku pun duduk kemudian minum, lalu beliau berkata, "Minumlah lagi."

Beliau terus ulang ucapan itu sampai aku yang mengatakan, "Tidak, demi yang mengutusmu dengan kebenaran, tidak ada lagi tempat di perutku (untuk menampung susu ini)."

Rasulullah ﷺ berkata, "Perlihatkan padaku."

Aku pun memberikan wadah itu kepada Nabi ﷺ, lalu beliau memuji Allah ﷻ, menyebut nama-Nya meminum air meminum yang tersisa." (HR. Al-Bukhari 6087 dan Ahmad 10690)

Riwayat diatas menunjukkan akan mukjizat Nabi Muhammad ﷺ. Dengan keberkahan beliau, satu wadah kecil susu bisa mengenyangkan puluhan orang yang kelaparan.

Dakwah dan Pengajaran Abu Hurairah

Abu Hurairah memiliki pengaruh besar bagi orang-orang di sekitarnya. Ia membagikan perbendaharaan besar warisan Nabi ﷺ yang ada padanya. Ia juga telah berderma kepada umat ini dengan kebaikan yang amat sangat banyak.

ومن ذلك أنَّه مرَّ بسوق المدينة، فوقف عليها فقال: يا أهل السوق، ما أعجزكم! قالوا: وما ذاك يا أبا هريرة؟ قال: ذاك ميراث رسول الله يقسَّم، وأنتم ها هنا لا تذهبون فتأخذون نصيبكم منه. قالوا: وأين هو؟ قال: في المسجد. فخرجوا سراعًا إلى المسجد، ووقف أبو هريرة لهم حتى رجعوا، فقال لهم: ما لكم؟ قالوا: يا أبا هريرة، فقد أتينا المسجد فدخلنا فلم نرَ فيه شيئًا يُقسَّم. فقال لهم أبو هريرة: أَمَا رأيتم في المسجد أحدًا؟ قالوا: بلى، رأينا قومًا يُصلُّون، وقومًا يقرءون القرآن، وقومًا يتذاكرون الحلال والحرام. فقال لهم أبو هريرة: ويحكم! فذاك ميراث محمد.

"Suatu hari, ia pernah lewat di pasar Madinah.

Ia berhenti di sana dan berkata, "Hai orang-orang yang ada di pasar, betapa lemahnya kalian !"

Orang-orang menjawab, "Mengapa bisa demikian, Abu Hurairah ?"

Ia berkata, "Itu warisan Rasulullah ﷺ sedang dibagi-bagi, sementara kalian di sini saja tidak beranjak untuk mengambil bagian kalian."

Mereka berkata, "Dimana warisan itu ?"

Abu Hurairah berkata, "Di masjid."

Mereka pun cepat-cepat keluar dari pasar menuju masjid. Abu Hurairah masih di pasar sampai mereka Kembali.

Lalu ia berkata kepada mereka, "Apa yang kalian dapatkan ?"

Mereka menjawab, "Abu Hurairah, kami telah datang ke masjid. Bahkan kami masuk ke dalamnya, tetapi kami tidak melihat sesuatu yang dibagi-bagikan."

Abu Hurairah berkata, "Apakah kalian tidak melihat seorang pun di masjid ?"

Mereka menjawab, "Lihat, ada orang yang sedang shalat, ada yang membaca Al-Qur'an, ada yang sedang membahas perkara halal dan haram."

Abu Hurairah berkata, "Celaka kalian ini ! Itulah warisannya Nabi Muhammad." (HR. Ath-Thabrani fi Al-Wasith, 1429)

Wafatnya Abu Hurairah

Abu Salamah berkata, "Aku membesuk Abu Hurairah ketika ia sedang sakit, kusandarkan kepalanya di dadaku dan kudoakan dia, "Ya Allah sembuhkanlah Abu Hurairah."

Ia malah berdoa, "Ya Allah, jangan sembuhkan dia."

Abu Hurairah melanjutkan ucapannya, "Abu Salamah, jikalau seandainya engkau bisa wafat saat ini, wafatlah."

Aku menanggapi, "Bukankah kita ini berharap terus hidup, wahai Abu Hurairah."

Abu Hurairah berkata,
وَالَّذِي نَفْسُ أَبِي هُرَيْرَةَ بِيَدِهِ لَيَأْتِيَنَّ عَلَى الْعُلَمَاءِ زَمَانٌ الْمَوْتُ أَحَبُّ إِلَى أَحَدِهِمْ مِنَ الذَّهَبِ الْأَحْمَرِ، لَيَأْتِيَنَّ أَحَدُكُمْ قَبْرَ أَخِيهِ فَيَقُولُ: لَيْتَنِي مَكَانَهُ

"Demi Dzat yang jiwa Abu Hurairah berada di tangan-Nya. Pasti akan datang pada para ulama, suatu zaman yang kematian itu lebih mereka harapkan dibanding emas yang mengkilap. Pasti akan datang suatu masa, saat itu kalian ziarah ke kubur saudara kalian dan mengatakan, "Seandainya aku yang menempati tempatnya sekarang." (HR. Al-Hakim 8581. Hadits ini shahih sesuai dengan syarat Al-Bukhari dan Muslim walaupun keduanya tidak meriwayatkannya)

Umair bin Hani mengatakan bahwa abu Hurairah berkata, "Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari menjumpai tahun 60 Hijriyah."

Umair berkata, "Abu Hurairah pun wafat di tahun tersebut atau satu tahun sebelumnya."

Ketika sedang sakaratul maut, Abu Hurairah berkata, "Jangan buatkan tempat berteduh, jangan iringi aku dengan pedupaan, dan segerakan pemakamanku." (HR  Ahmad 7901. Syu'aib Al-Arna'uth berkata, "Shahih li ghairihi dan sanadnya hasan)

Para sejarawan tidak sepakat pada satu pendapat tentang tahun wafatnya Abu Hurairah. Ada yang mengatakan Abu Hurairah wafat pada tahun 57 Hijriyah, ada juga  yang berpendapat Abu Hurairah wafat pada tahun 58 dan 59 Hijriyah. Namun pendapat yang kuat, yaitu Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu wafat pada tahun 57 Hijriyah.

abu hurairah, hadits abu hurairah, abu hurairah adalah, kisah islami, kisah abu hurairah, dari abu hurairah, hadits dari abu hurairah, nama abu hurairah, kisah kisah islami, abu hurairah sahabat nabi, kisah abu, kisah islami sahabat nabi, ada abu, seputar islami.
LihatTutupKomentar