Biografi An Najasyi

Nama lengkapnya Ashhamah bin Abjar Al Habasyi. Ia digelari An Najasyi.

Para pemimpin negeri Habasyah membunuh ayahnya, karena ayahnya tidak memiliki anak kecuali dia. Kemudian mereka membai’at saudara ayahnya menjadi raja yang kebetulan memiliki banyak anak.

Kemudian Ashhamah kecil diasuh dan didik oleh pamannya. Para pemimpin Habasyah pernah bermaksud untuk membunuhnya agar kelak ia tidak menjadi raja. Ashhamah pun ingin menuntut balas karena mereka telah membunuh ayahnya. Tapi pamannya mencegahnya. Akhirnya mereka mengasingkannya ke daerah lain secara paksa.

Satu hari setelah diasingkan, negeri Habasyah berduka atas kematian pamannya yang sedih karena berpisah dengannya. Penduduk Habasyah pun bermaksud untuk memilih salah satu di antara putra pamannya untuk dinobatkan menjadi raja. Tapi tidak ada satu pun di antara mereka yang pantas menjadi raja.

Pada saat itu, daerah lain akan menyerbu dan menyerang negeri Habasyah. Penduduk Habasyah pun ketakutan dan mereka mengatakan, "Demi Tuhan, tidak ada orang yang dapat memerintah kalian dan melestarikan kerajaan kalian selain yang telah kalian ungsikan kemarin." Merekapun menjemputnya dan menobatkannya menjadi raja.

An Najasyi memerintah negeri Habasyah dengan bijaksana dan adil. Rasulullah ﷺ pernah memerintahkan para sahabatnya yang ditindas oleh kafir Quraisy untuk hijrah ke Habasyah. Sebelum mereka berangkat, Beliau mengatakan kepada mereka, "Di negeri Habasyah terdapat raja yang tidak pernah menzalimi seorang pun yang berada di bawah kekuasaannya."

An Najasyi menyambut dan memuliakan kaum muslimin yang datang berhijrah ke negerinya. Ia pernah menolak menyerahkan mereka kepada para utusan yang diutus oleh orang orang kafir Quraisy untuk menjemput paksa mereka, meskipun mereka mengiming iminginya dengan sejumlah hadiah.

Ia pernah meneteskan air mata saat Ja’far bin Abi Thalib membacakan ayat Al Qur’an di hadapannya. Setelah Ja’far selesai membacanya, An Najasyi mengatakan,
"Ini (Al Qur’an) dan apa yang diturunkan kepada nabi Isa benar benar bersumber dari satu lentera."
Sesudah itu, para betrik menyebarkan desas desus kepada publik luas bahwa An Najasyi telah meninggalkan agamanya dan menganut agama baru (Islam). Mereka menghasut masyarakat untuk melengserkan An Najasyi dari jabatannya sebagai raja.

Kemudian An Najasyi memanggil Ja’far bin Abi Thalib dan para sahabatnya, lalu ia memberitahukan tentang kemelut politik yang sedang dihadapinya. An Najasyi menyediakan sebuah kapal untuk mereka agar siap berlayar jika ia kalah dalam menghadapi pemberontak. Jika menang, mereka tetap di bawah perlindungannya.

Ia pernah mengambil selembar kertas dari kulit dan menulis di atasnya,
"Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah hamba-Nya dan penutup rasul rasul-Nya. Aku bersaksi bahwa Isa adalah hamba-Nya, rasul-Nya, roh-Nya, dan kalimat-Nya yang Dia tiupkan kepada Maryam."
Setelah itu, ia mengikatkan kertas itu di dadanya yang tertutup dengan pakaiannya. Sesudah itu, ia menemui para pemberontak dan menanyakan mereka tentang faktor yang menyebabkan mereka ingin melengserkan kedudukannya. Mereka menjawab,
"Anda telah meninggalkan agama kita dan Anda percaya bahwa Isa adalah seorang hamba."
An Najasyi mengatakan, "Apa yang kalian katakan tentang Isa ?" "Dia adalah putra Allah," jawab mereka. Kemudian An Najasyi meletakkan tangannya di dadanya dan berkata, "Aku bersaksi bahwa Isa tidak lebih dari apa yang tertera dalam kertas ini." Setelah membaca apa yang tertuang di atas kertas tersebut, mereka tidak jadi memberontak.

Nabi ﷺ pernah mengutus Amr bin Mu’awiyah untuk menemui An Najasyi dalam rangka untuk mengajaknya masuk Islam. Kemudian An Najasyi mengumumkan keislamannya di hadapan para pembantu dekatnya dan berkata,
"Seandainya aku dapat bertemu dengan Muhammad ﷺ, niscaya aku akan menemuinya, duduk dan berlutut di hadapan Beliau."
Setelah itu, An Najasyi menulis surat balasan.

Ia memiliki seorang putra bernama Urwa, ia pernah mengutus putranya untuk menemui Rasulullah ﷺ. Tapi Urwa tidak sempat menemui Rasulullah ﷺ karena meninggal di tengah perjalanan.

Rasulullah ﷺ pernah mengutus seorang utusan untuk menemui An Najasyi dalam rangka untuk menyampaikan bahwa Beliau ingin menikahi Ummu Habibah yang kebetulan sedang berada di negeri Habasyah setelah suaminya, Abdullah bin Jahsy, murtad dari Islam dan memeluk agama nasrani. Ummu Habibah mewakilkan walinya kepada Khalid bin Sa’id bin Ash. An Najasyi membayar mahar atas nama Rasulullah ﷺ kepada Ummu Habibah sebesar 400 dinar.

Kemudian An Najasyi memulangkan Ummu Habibah kepada Rasulullah ﷺ bersama kaum muslimin lainnya dengan menumpangi sebuah kapal miliknya pada tahun 7 Hijriyah. An Najasyi juga mengirimkan berbagai hadiah yang sangat berharga untuk Rasulullah ﷺ.

Ayat berikut ini turun berkaitan dengan An Najasyi. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,
"Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang orang yang beriman ialah orang orang yang berkata, "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani." Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang orang Nasrani) terdapat pendeta pendeta dan rahib rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri. Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Qur’an) yang telah mereka ketahui (dari kitab kitab mereka sendiri)." (QS. Al Maidah : 82 - 83)
Ayat di atas turun saat An Najasyi mencucurkan air mata saat mendengar bacaan surat Maryam yang dibacakan oleh Ja’far bin Abi Thalib di hadapannya. Rasulullah ﷺ pernah mendo’akan An Najasyi dan berkata, "Ya Allah, berilah ampunan untuk An Najasyi." Kaum muslimin pun mengamini doa Beliau ﷺ tersebut.

An Najasyi meninggal sebelum pembebasan kota Mekkah pada tahun 8 Hijriyah. Jibril mengabari kematian An Najasyi kepada Nabi ﷺ. Kemudian Beliau melakukan shalat ghaib. Setelah itu, orang orang munafik berkata, "Perhatikanlah orang ini (Muhammad). Dia menshalati jenazah orang negro (Habasyah) yang beragama Nasrani, padahal dia belum pernah bertemu dan melihatnya, dan orang negro ini tidak beragama Islam."

Nabi ﷺ lalu mengatakan kepada para sahabat, "Hendaklah kalian shalati jenazah saudara kalian yang telah meninggal di daerah yang bukan daerah kalian (maksudnya negeri Habasyah)" Pada saat An Najasyi meninggal, Jibril membukakan keranda jenazahnya kepada Nabi ﷺ. Setelah itu, Beliau ﷺ melakukan shalat ghaib.

Kata Kunci:
an najasyi, kisah an najasyi, biografi an najasyi, an najasyi raja ethiopia salah satu orang yang beriman dari,raja an najasyi
LihatTutupKomentar