Kisah Sa'id bin Musayyib



Nama lengkapnya adalah Sa'id bin Musayyib bin Hazn bin Abi Wahb, biasa dipanggil dengan nama Abu Muhammad. Ia lahir pada tahun 15 Hijriyah dan termasuk salah satu pembesar tabi'in.

Ia adalah sosok tabi'in yang terkenal dalam bidang hadits dan fiqih. Ia juga termasuk seorang ahli zuhud, ahli ibadah, dan terkenal pemberani.

Ia adalah orang yang tidak mau menerima pemberian. Ia mencukupi kebutuhannya dengan berdagang minyak.

Ia dijuluki Faqih Al-Fuqaha. dan ia adalah sosok yang terkenal gemar melakukan ibadah dan puasa.

Ia meriwayatkan hadits dari para pemuka tabi'in seperti 'Atha', Muhammad Al-Baqir, dan Az-Zuhri. Semua hadits yang diriwayatkannya terangkum dalam Kutub As-Sittah (enam buku hadits).

Tentang dirinya, Sa'id bin Musayyib pernah berkata, "Tidak ada lagi orang yang masih hidup lebih mengetahui tentang keputusan-keputusan yang pernah diputuskan oleh Rasulullah ﷺ, Abu Bakar, dan Umar, selain aku."

Ia menikah dengan putri Abu Hurairah dengan maksud agar ia bisa lebih dekat dengan Abu Hurairah serta dapat mempelajari hadits dan sunnah Rasulullah ﷺ kepadanya.

Ia pernah berguru kepada Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar, dan mendengarkan hadits dari Utsman, Ali, Suhaib, dan lainnya.

Malik pernah menceritakan bahwa suatu hari ada seorang laki laki yang menanyakan tentang sebuah hadits kepada Sa'id bin Musayyab. Saat itu, Sa’id sedang sakit dan terbaring di atas ranjang. Kemudian Sa'id duduk dan menyampaikan hadits tersebut kepada laki laki tersebut.

Laki-laki itu berkata, "Aku senang, sekiranya aku tidak membuat Anda merasa terganggu."

Sa'id menjawab, "Aku tidak suka menyampaikan hadits Rasulullah ﷺ kepada Anda sementara aku dalam keadaan berbaring."

Ia pernah menolak permohonan khalifah Abdul Malik bin Marwan untuk menikahkan putrinya dengan putra mahkota Dinasti Umayyah, Walid bin Abdul Malik. Ia malah menikahkan putrinya dengan salah seorang muridnya yang fakir dan miskin, meskipun mendapat ancaman dan intimidasi karena penolakannya tersebut.

Ia mengeluarkan fatwa di Madinah, meski saat itu banyak sahabat yang masih hidup.

Ia adalah salah satu di antara tujuh ulama ahli fiqih Madinah pada masanya.

Tentang Sa'id bin Musayyab, orang orang berkata, "Tidak ada seorang pun yang berani bertanya kepadanya sebelum meminta izin terlebih dahulu sebagaimana halnya meminta izin masuk untuk bertemu dengan seorang penguasa."

Sa'id bin Musayyab pernah mengatakan, "Tidak mulia jiwa seseorang kecuali dengan seperti ketaatan yang dilakukannya kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan tidak hina jiwanya kecuali dengan seperti maksiat yang dilakukannya."

Sa'id bin Musayyib meninggal di Madinah pada tahun 94 Hijriyah.

sa'id bin musayyab, sa'id bin musayyib adalah murid dan menantu dari, nasehat sa'id bin musayyab, kisah sa'id bin musayyab, biodata sa'id bin musayyab, sa'id bin al-musayyab, sa'id bin musayyab adalah tokoh dalam bidang, makalah biografi sa'id bin al musayyab, biografi sa'id bin musayyab, sa'id bin amir, sa'id bin musayyib, sa'id bin jubair.

LihatTutupKomentar