Kisah Abu Dahdah Al Anshari Yang Tercepat Memberi Pinjaman Kepada Allah

Seorang sahabat yang akan kita bahas kali ini adalah seorang Anshar. Ia adalah orang yang sangat cepat menerima seruan Allah ﷻ dan Rasulullah ﷺ.

Sahabat yang mulia ini bernama Abu Dahdah Al-Anshari (أبو_الدحداح_الأنصاري), ada juga yang mengatakan Abu Dahdah bin Dahdah Al-Anshari.

Abu Umar berkata,
"Aku tidak mengetahui banyak tentang nama dan nasabnya (Abu Dahdah). Ia adalah seorang Anshar serta sekutu mereka."

Ada yang mengatakan namanya adalah Tsabit bin Dahdah.

Abu Dahdah Bersama Rasulullah ﷺ

Abdullah bin Mas'ud berkata,
"Saat turun ayat,

مَنْ ذَا الَّذِيْ يُقْرِضُ اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضٰعِفَهٗ لَهٗ وَلَهٗۤ اَجْرٌ كَرِيْمٌ 

"Barang siapa meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, maka Allah akan mengembalikannya berlipat ganda untuknya, dan baginya pahala yang mulia." (QS. Al-Hadid 57 : Ayat 11)

Abu Dahdah Al-Anshari berkata, "Sungguh Allah menginginkan pinjaman (pengorbanan) dari kita."

Rasulullah menanggapi perkataan Abu Dahdah, "Iya, Abu Dahdah."

Abu Dahdah berkata, "Ulurkan tangan engkau, wahai Rasulullah ﷺ."

Rasulullah ﷺ menjabat tangannya, lalu Abu Dahdah berkata, "Sesungguhnya kupinjamkan (kupersembahkan) kebunku kepada Rabbku."

Ia melanjutkan perkataannya, "Di kebunku ini terdapat 600 pohon kurma, dan istriku tinggal di dalamnya."

Ia pergi menuju kebunnya, lalu berkata kepada istrinya, "Ummu Dahdah !"

Ummu Dahdah menjawab, "Kupenuhi panggilanmu, suamiku."

Abu Dahdah berkata, "Keluarlah dari kebun ! Sungguh, kebun ini telah kupinjamkan kepada Rabku."

Dalam riwayat lain, ketika istrinya mendengar ucapan suaminya, ia keluarkan kurma dari mulut anaknya dan menumpahkan yang sudah ada di kantong mereka.

Mengomentari hal tersebut, Nabi ﷺ bersabda,
"Alangkah banyak tandan besar kurma di surga milik Abu Dahdah."

Al-Qur'an surah Al-Hadid ayat 11 di atas adalah motivasi dari Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk bersedekah. Dan sedekah yang diberikan seseorang pasti akan mendapatkan balasan dari Allah ﷻ. Saking menunjukkan kepastian balasan, Allah ﷻ ungkapkan dengan kalimat,
"Allah meminjam."

Yang namanya pinjaman atau utang, wajib dibayar. Inilah aturannya, jika makhluk saja wajib untuk membayar utangnya, bagaimana dengan Allah Yang Maha menepati janji ? Yang tidak pernah berbuat zalim kepada hamba-hamba-Nya ? Inilah yang dipahami dan diyakini oleh Abu Dahdah, sehingga ia tak perlu berpikir panjang. Begitu mendengar ayat tersebut, ia langsung memberi respon yang luar biasa.

Abu Dahdah Al-Anshari memberikan pinjaman kepada Allah ﷻ dengan hartanya yang paling istimewa, yaitu berupa kebun beserta 600 pohon kurma yang ada di dalamnya. Hebatnya lagi, ia memiliki istri yang luar biasa yang menyambut seruan Allah ﷻ, Rasul-Nya, dan suaminya.

Dari Anas, ia mengatakan, ada seseorang yang menemui Nabi ﷺ, orang itu berkata,
"Wahai Rasulullah ﷺ, si fulan memiliki pohon kurma yang tumbuh di kebunku yang aku garap. Tolong perintahkan dia agar memberinya padaku, sehingga aku dapat menyelesaikan penggarapan kebunku itu."

Nabi ﷺ berkata kepada si pemilik pohon,
"Berilah pohon itu untuknya, maka bagimu satu pohon kurma di surga."

Sayangnya, orang tersebut menolak tawaran Rasulullah ﷺ.

Lalu Abu Dahdah menemui orang tersebut, ia berkata,
"Jual lah satu pohonmu itu, kubeli dengan semua pohon kurma di kebunku."

Setelah itu, Abu Dahdah menemui Nabi ﷺ, ia berkata,
"Wahai Rasulullah ﷺ, aku telah menukar pohon kurmanya dengan kebunku."

Nabi ﷺ bersabda,
كم من عذق رداح لأبي الدحداح في الجنة

"Alangkah banyak tandan besar kurma di surga milik Abu Dahdah."

Nabi mengulang ucapannya tersebut.

Abu Dahdah berangkat menemui istrinya, lalu ia mengatakan,
"Wahai Ummu Dahdah, keluarlah dari kebun, aku telah menjual semuanya dengan satu pohon kurma di surga."

Sang istri berkata,
"Alangkah besarnya untung perdagangan, alangkah besarnya untuk perdagangan."

Atau ia mengucapkan kalimat yang semakna dengan itu.

Motivasi Abu Dahdah di Perang Uhud

Diriwayatkan oleh Al-Waqidi dari Abdullah bin Amir, ia berkata bahwa Tsabit bin Ad-Dahdah berkata pada Perang Uhud saat kaum muslimin tengah porak poranda barisannya,
"Hai orang-orang Anshar, dengarkan aku, dengarkan aku. Kalau Muhammad ﷺ telah terbunuh, maka Allah ﷻ Maha Hidup, tidak akan pernah mati, berperanglah untuk agama kalian !"

Maka tergugahlah beberapa orang dari Anshar, mereka berangkat bersama dengan Abu Dahdah. Saat itu, tibalah divisi pasukan lengkap, yang di dalamnya terdapat Khalid bin Al-Walid, Amr bin Al-'Ash, dan Ikrimah. Khalid bin Al-Walid menembakkan tombaknya dan berhasil membunuh Abu Dahdah dan ia pun berhasil membunuh orang-orang yang bersamanya.

Wafatnya Abu Dahdah

Abu Dahdah gugur dalam Perang Uhud pada tahun 3 Hijriyah. Ia mati syahid dihantam oleh tombak Khalid bin Al-Walid. Ada juga yang mengatakan bahwa ia wafat di rumahnya. Sepulangnya Rasulullah ﷺ dari Perjanjian Hudaibiyah tahun 6 Hijriyah.

Saat Abu Dahdah wafat, Rasulullah ﷺ memanggil Ashim bin Adi, lalu berkata,
"Apakah ia masih kerabat kalian ?"

Ia menjawab,
"Bukan."

Lalu harta warisnya diberikan kepada anak dari saudari perempuannya, yaitu Abu Lubabah bin Al-Mundzir.

Diriwayatkan dari jalur Uqail, dari Ibnu Syihab secara mursal bahwa Tsabit bin Ad-Dahdah nama panggilannya adalah Abu Dahdah. Ia wafat ketika Nabi Muhammad ﷺ masih hidup.

Disebutkan dalam biografinya, bahwa ia terluka dalam Perang Uhud. Ada yang berpendapat bahwa ia wafat pada Perang Uhud karena luka tersebut. Ada juga yang mengatakan bahwa ia wafat beberapa saat setelah Perang Uhud, inilah pendapat yang kuat.

#kisah abu dahdah dan ummu dahdah, #kisah abu dahdah dan abu lubabah, #kisah abu darda di racun, #hadits kisah abu dahdah, #kisah abu darda dan pohon kurma, #kisah abu darda dan penuntut ilmu, #kisah abu darda sahabat nabi, #kisah abu darda dan salman, #kisah abu darda dan salman al farisi,
LihatTutupKomentar