Kisah Abu Darda, Orang Bijaknya Umat Nabi Muhammad ﷺ



Ash-Shahabi Abu Darda' (الصحابي أبو الدرداء) radhiyallahu 'anhu, seorang sahabat Anshar dari kabilah Khazraj. Ia termasuk orang Anshar yang paling terakhir memeluk Islam, tetapi ia malah terkenal menjadi seorang yang paling berilmu di tengah kaumnya, paling fakih, dan paling banyak hikmah dalam ucapannya. Abu Darda' wafat pada tahun 32 Hijriyah.

Silsilah Nasab dan Keislaman Abu Darda'

Abu Darda' adalah seorang pedagang, kesatria, serta seorang yang bijaksana. Namanya lengkapnya adalah Uwaimir bin Zaid bin Qais Al-Anshari Al-Khazraji. Namun nama panggilan Abu Darda' lebih dikenal dari pada nama aslinya. Meskipun namanya cukup terkenal di antara para sahabat nabi, tapi ternyata ia termasuk orang Anshar terakhir yang memeluk Islam.

Awalnya, ia seorang pagan (penyembah berhala), kisah keislamannya cukup menarik. Diawali dengan kedatangan Abdullah bin Rawahah dan Muhammad bin Maslamah radhiyallahu 'anhuma ke rumahnya. Mereka datang tanpa sepengetahuannya, dan mereka menghancurkan berhala yang disembah Abu Darda'.

Saat Abu Darda' pulang ia kaget, lalu ia mengumpulkan pecahan berhala itu dan berkata,
"Bodoh sekali kalian ini ! Mengapa tidak kalian lawan ! Mengapa tidak kalian bela diri kalian sendiri !"

Ummu Darda' berkata,
"Kalau mereka mereka bisa memberi manfaat dan menolak bahaya kepada orang lain, tentu mereka akan mampu melakukannya untuk diri mereka sendiri."

Abu Darda' berkata,
"Tolong siapkan air di wadah mandi untukku, siapkan juga pakaian dan perlengkapannya."

Setelah itu Abu Darda' pergi menuju kediaman Nabi Muhammad ﷺ.

Melihat kedatangan Abu Darda', Abdullah bin Rawahah berkata,
"Wahai Rasulullah ﷺ, itu Abu Darda, menurutku ia datang untuk menuntut balas kepada kami."

Rasulullah ﷺ berkata,
"Kedatangannya untuk memeluk Islam, sesungguhnya Rabb-ku menjanjikan kepadaku bahwa Abu Darda' akan memeluk Islam."

Kedudukan serta Keutamaan Abu Darda'

Meskipun termasuk orang yang terakhir menerima Islam, tetapi Abu Darda' mempunyai kedudukan yang mulia di tengah para sahabat Nabi ﷺ.

Rasulullah ﷺ bersabda tentang dirinya (Abu Darda'),
نعم الفارس عويمر

"Sebaik-baik penunggang kuda (kesatria) adalah Uwaimir."

Rasulullah ﷺ juga bersabda,
هو حكيم أمتي

"Dia adalah orang bijaknya umatku."

Abu Darda adalah salah seorang dari empat orang penghafal Al-Qur'an pada zaman Nabi Muhammad ﷺ.

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه قَالَ: «مَاتَ النَّبِيُّ صلي الله عليه وسلم وَلَمْ يَجْمَعْ الْقُرْآنَ غَيْرُ أَرْبَعَةٍ: أَبُو الدَّرْدَاءِ، وَمُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ، وَزَيْدُ بْنُ ثَابِتٍ، وَأَبُو زَيْدٍ

"Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Saat Rasulullah ﷺ, Al-Qur'an itu tidak dihafal kecuali oleh empat orang, Abu Darda, Mu'adz bin Jabal, Zaid bin Tsabit, dan Abu Zaid."

Pengaruh Didikan Rasulullah ﷺ Kepada Abu Darda'

Rasulullah ﷺ adalah seorang pendidik yang luar biasa, Nabi Muhammad ﷺ menguasai metode mengajar yang variatif. Beliau ﷺ mengajar dengan keteladanan, menyampaikan dengan lisan yang fasih, metode yang menarik, terkadang santai, terkadang serius, terkadang bercanda, dan bisa juga mengajar dengan tegas.

Sehingga apa yang Beliau ﷺ ajarkan begitu berpengaruh pada pribadi para sahabat. Pengaruh besar itu juga dirasakan oleh Abu Darda' radhiyallahu 'anhu. Rasulullah ﷺ banyak menasihatinya dengan sesuatu yang bermanfaat untuk dunia serta akhiratnya.

Seperti dalam sebuah riwayat dalam Shahih Muslim dari Abu Darda' radhiyallahu 'anhu, ia berkata,
أوصاني حبيبي صلى الله عليه وسلم بثلاثٍ لن أدعهن ما عشت: بصيام ثلاثة أيام من كل شهر، وصلاة الضحى، وبأن لا أنام حتى أوتر

"Kekasihku (Nabi Muhammad) ﷺ menasihatiku dengan tiga hal, ketiga hal ini tidak akan kutinggalkan selama aku hidup, puasa tiga hari setiap bulan, shalat dhuha, dan tidak tidur sebelum melakukan shalat witir."

Diriwayatkan bahwasanya Umar bin Al-Khathab radhiyallahu 'anhu datang menemui Abu Darda' radhiyallahu 'anhu. Umar mendorong pintu rumahnya, ternyata tidak terkunci. Umar pun masuk ke dalam rumahnya yang gelap dan meraba-raba hingga tahu posisi Abu Darda'. Ia sentuh bantalnya, ternyata bantalnya adalah pelana kuda. Ia pegang selimutnya, ternyata kain yang tipis.

Umar bin Khathab kemudian berkata,
"Bukankah kondisi kita sekarang lapang ? Maukah kuberi bantuan ?"

Maksud Umar bin Khathab, umat Islam sekarang ini sudah berkecukupan, tidak seperti di awal-awal keislaman pada masa itu.

Abu Darda berkata,
"Ingatkah engkau sebuah hadits yang disampaikan Rasulullah ﷺ ?"

Umar bin Khathab bertanya,
"Hadits yang mana ?"

Abu Darda' menjawab,
ليكن بلاغ أحدكم من الدنيا كزاد الراكب

"Hendaknya perbekalan kalian di dunia ini seperti bekalnya para musafir."

Umar bin Khathab berkata,
"Iya (aku mengingatnya)."

Abu Darda' berkata,
"Lalu apa yang kita perbuat sepeninggal Beliau ﷺ, Umar ?"

Keduanya pun menangis hingga waktu pagi tiba.

Profil Sang Ahli Hikmah, Abu Darda'

Abu Darda', Zuhud Dalam Kehidupan Dunia

Abu Darda' radhiyallahu 'anhu berkata,
"Aku tak merasa senang, jika aku berdiri memasuki pintu masjid dalam keadaan mendapatkan keuntungan jual beli setiap hari 300 Dinar, tetapi tidak hadir berjamaah shalat lima waktu. Aku tidak mengatakan "Sesungguhnya Allah ﷻ tidak menghalalkan jual beli dan tidak mengharamkan riba." Tapi aku ingin termasuk pedagang yang dimana perniagaan itu tidak membuatnya lalai dari mengingat Allah ﷻ."

Ilmu Abu Darda'

Dari Yazid bin Umairah berkata,
"Saat Mu'adz bin Jabal di akhir hayatnya, ada yang bertanya kepadanya, "Abu Abdurrahman, nasihatilah kami."

Mu'adz berkata, "Carilah ilmu di sisi Uwaimir (Abu Darda'), karena ia termasuk orang yang diberikan ilmu."

Abu Darda' radhiyallahu 'anhu adalah seorang hakim di Damaskus dan ia adalah seorang ulama, orang yang tenang, serta seorang yang cendekiawan.

Hubungan Abu Darda' dengan Rabb-nya

Dari Abu Darda' radhiyallahu 'anhu, ia pernah shalat di akhir malam, ia berkata,
"Mata-mata telah terlelap, bintang-bintang telah terbenam, sementara Engkau (Ya Allah) terus menerus mengurusi makhluk-Mu."

Abu Darda' radhiyallahu 'anhu berkata,
"Mengucapkan Allah Akbar 100x lebih aku sukai dari pada bersedekah 100 Dinar." (Jami' Al-Ulum wal Hikam, halaman 70)

Rasa Takut Abu Darda' Kepada Allah ﷻ

Abu Darda' radhiyallahu 'anhu berkata,
"Ada tiga hal yang membuatku tertawa dan ada tiga hal juga yang membuatku menangis. Yang membuatku tertawa adalah para pengharap dunia padahal kematian selalu membuntutinya, seorang yang lalai padahal tak ada yang membuatnya lalai, serta orang yang tertawa kencang padahal dia tidak tahu apakah Allah ﷻ ridha atau murka kepadanya. Dan yang membuatku menangis adalah berpisah dari orang-orang tercinta, Muhammad ﷺ, dan sahabatnya, kengerian saat sakaratul maut, serta berdiri di hadapan Allah ﷻ sementara aku tidak tahu apakah akan menuju surga atau neraka."

Saat hendak wafat, Abu Darda' radhiyallahu 'anhu berkata kepada untanya,
"Hai Damun, jangan nanti kau debat aku dengan permusuhan di hadapan Rabb-ku. Sesungguhnya aku tidak pernah membawakan di atasmu sesuatu yang tidak kau mampu mengangkatnya."

Semangat Abu Darda' Dalam Menjalin Persaudaraan Karena Allah ﷻ

Abu Darda' radhiyallahu 'anhu berkata,
"Aku berlindung kepada Allah ﷻ menemui suatu hari yang di dalamnya aku tidak mengingat Abdullah bin Rawahah. Apabila menemuiku dari depan, ia terbiasa menepuk dadaku, dan apabila menemuiku dari belakang, ia tepuk punggungku.

Ia berkata, "Uwaimir, duduklah sebentar, marilah kita menambah iman."

Kami duduk lalu mengingat Allah ﷻ, kemudian ia berkata, "Uwaimir, inilah majelis iman."

Saat ada yang berkata kepada Abu Darda',
"Tidakkah kau membenci saudaramu (semuslim) karena telah berbuat maksiat demikian dan demikian ?"

Ia berkata, "Yang aku benci adalah perbuatannya, tapi ia tetap saudaraku. Namun memang, persaudaraan agama itu lebih kuat dibanding persaudaraan karena kekerabatan."

Ini adalah pelajaran bagi kita, terkadang ketika ada teman yang futur, ada teman yang hijrah kemudian kembali lagi pada kebiasaan lamanya, kita merasa kesal dan menjauhinya. Tidak lagi menyapanya dengan ramah, padahal yang kita benci itu adalah maksiatnya, bukan dia. Sehingga usaha yang kita lakukan adalah memisahkan dirinya dari sesuatu yang kita benci itu, yaitu perbuatan maksiatnya.

Abu Darda' radhiyallahu 'anhu berkata,
"Sungguh aku mendoakan 70 orang saudaraku dalam sujudku, kusebut namanya satu persatu."

Kita boleh introspeksi diri kita sendiri, jangankan dalam sujud, pernahkah kita menyebut nama teman kita dalam doa kita ? Inilah persaudaraan, inilah perasaan cinta karena Allah ﷻ, dan inilah yang akan mendatangkan rasa manisnya keimanan.

Semangat Abu Darda' Dalam Berdakwah

Seorang dari Kabilah An-Nakha' berkata, "Saat Abu Darda' tengah sakaratul maut, aku mendengarnya berkata,
"Aku sampaikan kepada kalian sebuah hadits yang aku dengar dari Rasulullah ﷺ, Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda,

اعبد الله كأنك تراه، فإن لم تكن تراه فإنه يراك، واعدد نفسك في الموتى، وإياك ودعوة المظلوم؛ فإنها تستجاب، ومن استطاع منكم أن يشهد الصلاتين العشاء والصبح ولو حبوًا، فليفعل

"Beribadahlah kepada Allah ﷻ seakan engkau melihat-Nya. Kalau kau tidak mampu, maka sungguh Allah ﷻ melihatmu. Siapkan dirimu pada kondisi sakaratul maut, kemudian waspadalah terhadap doa orang yang dizalimi, karena doanya tak terhalangi. Dan siapa yang sanggup untuk hadir di jamaah dua shalat, shalat isya dan shalat subuh walaupun dalam keadaan merangkak, lakukanlah !" (HR. Ath-Thabrani)

Abu Darda' Bersama Para Sahabat

Bersama Salman Al-Farizi

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dengan sanadnya dari Aun bin Abu Juhaifah dari ayahnya, ia berkata,
"Nabi ﷺ mempersaudarakan Salman dengan Abu Darda'. Suatu Ketika, Salman mengunjungi Abu Darda', ia lihat Ummu Darda' tampil kusut.

Ia berkata, "Bagaimana kondisimu ?"

Ummu Darda' menjawab, "Saudaramu Abu Darda' itu tak butuh lagi dengan dunia."

Lalu Abu Darda datang, ia membuatkan makanan untuk Salman, lalu Salman mengatakan, "Makanlah !"

Abu Darda' menjawab, "Aku sedang berpuasa."

Salman berkata, "Aku tak akan makan sampai kau juga ikut makan."

Abu Darda' pun makan, saat malam tiba, Abu Darda' langsung bersiap untuk shalat malam.

Salman berkata, "Tidurlah dulu."

Ia pun tidur, lalu beberapa saat kemudian ia bangun untuk shalat.

Salman Kembali berkata, "Tidurlah."

Saat akhir malam, Salman berkata, "Sekarang shalatlah."

Lalu keduanya pun shalat, setelah itu Salman berkata, "Sesungguhnya Rabb-mu memiliki hak atas dirimu, dirimu juga memiliki hak atas dirimu sendiri, demikian juga keluargamu memiliki hak atas dirimu. Berilah kepada setiap yang memiliki hak itu, haknya masing-masing."

Kemudian Abu Darda' menemui Nabi Muhammad ﷺ, ia menyebutkan apa yang diucapkan oleh Salman.

Nabi Muhammad ﷺ mengomentarinya, "Salman benar."

Abu Darda' Bersama Ubay bin Ka'ab

Abu Darda' radhiyallahu 'anhu pernah bercerita,
"Suatu hari Rasulullah ﷺ duduk di atas mimbar, Beliau ﷺ berkhutbah membacakan ayat. Di sisi Beliau ﷺ ada Ubay bin Ka'ab radhiyallahu 'anhu.

Aku berkata, "Hai Ubay, kapan ayat ini diturunkan ?"

Namun Ubay tidak menanggapiku, lalu kutanyakan Kembali, tapi ia juga tidak mau menanggapiku hingga Rasulullah ﷺ turun dari mimbar.

Barulah Ubay berkata, "Tidak ada bagian untukmu pada Jum'at mu, kecuali kesia-siaan."

Saat Rasulullah ﷺ selesai shalat, aku dekati Beliau ﷺ dan kusampaikan ucapan Ubay tadi.

Aku bertanya, "Wahai Rasulullah ﷺ, engkau tadi membaca ayat dan di sampingmu ada Ubay bin Ka'ab. Kutanyakan kepadanya, "Kapan ayat ini diturunkan ?" Namun ia tidak menanggapiku, saat engkau turun dari mimbar, ia mengatakan bahwa Jum'at ku sia-sia."

Lalu Nabi ﷺ menjawab, "Ubay benar, jika kau mendengar imam mu berkhutbah, diamlah sampai ia selesai khutbah." (HR. Ahmad dan Ibnu Majah. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Tamamul Minnah, halaman 338)

Abu Darda' Bersama Penduduk Syam

Dari Adh-Dhahak, Abu Darda' radhiyallahu 'anhu berkata,
"Penduduk Damaskus sekalian, kalian adalah saudara seagama. Dari sisi tempat, kalian adalah tetangga, dan pembela dari musuh-musuh. Tidak ada yang menghalangiku untuk mencintai kalian, hanya saja bebanku adalah selain dari kalian. Kulihat ulama-ulama kalian telah wafat, sementara yang tidak berilmu di tengah kalian tidak mau belajar. Menurutku kalian telah menerima sesuatu yang ditanggungkan untuk kalian, namun kalian meninggalkan apa yang diperintahkan kepada kalian. Ketahuilah sesungguhnya sekelompok orang membangun bangunan yang kokoh, mengumpulkan harta yang banyak, panjang angan-angannya, kemudian bangunan mereka menjadi kuburan, angan-angan mereka hanyalah tipu daya, harta yang mereka kumpulkan sia-sia, tidakkah mereka mau belajar sehingga mereka pandai ? Karena seorang yang berilmu dan mengaji ilmu mendapatkan pahala yang sama, tidak ada kebaikan pada manusia pada selain itu."

Sikapnya Saat Penaklukkan Cyprus

Jubair bin Nufair berkata,
"Saat Cyprus ditaklukkan, penduduknya dipisah-pisahkan, mereka saling menangisi. Saat itu kulihat Abu Darda' sedang duduk sendiri dan menangis.

Aku bertanya, "Abu Darda', apa yang membuat engkau menangis padahal hari ini Allah ﷻ memuliakan Islam dan pemeluknya ?"

Ia menjawab, "Celaka engkau, Jubair ! Betapa hina seorang di sisi Allah ﷻ apabila mereka meninggalkan apa yang Dia perintahkan."

Dakwah dan Pendidikan Abu Darda'

Diriwayatkan bahwa Abu Darda' menulis surat kepada Salman,
"Saudaraku, manfaatkanlah masa sehatmu dan waktu luangmu sebelum terjadi musibah yang seseorang tak mampu menghalanginya, manfaatkanlah doa seseorang yang mendapat musibah. Saudaraku, jadikanlah masjid sebagai rumahmu. Karena aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda,

المسجِدُ بيتُ كلِّ تقيٍّ

"Masjid adalah rumah bagi setiap orang yang bertakwa." (Tamamul Minnah 292)

Allah Ta'ala memberikan jaminan mendapat naungan malaikat, rahmat, dan melewati sirath menuju ridha Allah Azza wa Jalla bagi orang-orang yang menjadikan masjid sebagai rumahnya. Saudaraku, sayangilah anak yatim, dekati dan beri makan mereka dengan makanan yang sama denganmu. Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda saat itu ada seseorang yang mengadukan kepada Beliau ﷺ tentang kerasnya hatinya. Rasulullah ﷺ bersabda,

أتحب أن يلين قلبك؟” فقال: نعم. قال: «أدن اليتيم منك، وامسح رأسه وأطعمه من طعامك؛ فإن ذلك يلين قلبك وتقدر على حاجتك».

"Apakah kau mau hatimu menjadi lembut ?" "Iya," jawab orang tersebut. Beliau ﷺ mengatakan, "Dekatkan dirimu pada anak yatim, usap kepala mereka, beri mereka makan dengan makanan yang sama kualitasnya dengan yang kau makan. Sesungguhnya yang demikian itu akan melembutkan hati dan mewujudkan harapanmu."

Saudaraku, jangan engkau terperdaya dengan persahabatanmu dengan Rasulullah ﷺ. Apabila kita hidup panjang sepeninggal Beliau ﷺ, demi Allah ﷻ kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada kita."

Dari Abu Qilabah, bahwasanya Abu Darda' radhiyallahu 'anhu pernah bertemu seseorang yang melakukan dosa, lalu orang-orang mencelanya.

Abu Darda berkata,
"Menurut kalian bagaimana sekiranya kalian melihat ia tengah diterkam singa, apakah kalian akan menolongnya ?"

Mereka menjawab,
"Tentu."

Abu Darda' berkata,
"Karena itu, jangan kalian caci maki saudara kalian ini, pujilah Allah Azza wa Jalla yang telah menjaga kalian (tidak melakukan dosa tersebut)."

Mereka berkata,
"Tidakkah engkau membencinya (karena berbuat maksiat) ?"

Abu Darda berkata,
"Yang aku benci itu perbuatannya, jika dia sudah berhenti melakukannya, dia tetap saudaraku."

Abu Darda' Meriwayatkan Hadits

Di antara hadits yang diriwayatkan oleh Abu Darda' adalah sebuah riwayat dari Muslim dengan sanadnya. Dari Abu Darda' radhiyallahu 'anhu, Nabi Muhammad ﷺ bersabda,
مَنْ حَفِظَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ سُورَةِ الْكَهْف، عُصِمَ مِنَ الدَّجَّالِ

"Siapa yang menghafal sepuluh ayat dari awal surat Al-Kahfi akan mendapat perlindungan dari Dajjal." (HR. Muslim)

Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dengan sanadnya dari Abu Darda' radhiyallahu 'anhu, Nabi Muhammad ﷺ bersabda,
مَنْ أُعْطِيَ حَظَّهُ مِنَ الرِّفْقِ فَقَدْ أُعْطِيَ حَظَّهُ مِنَ الْخَيْرِ، وَمَنْ حُرِمَ حَظَّهُ مِنَ الرِّفْقِ فَقَدْ حُرِمَ حَظَّهُ مِنَ الْخَيْرِ

"Siapa yang diberikan keberuntungan memiliki sifat lemah lembut, maka sungguh dia telah diberikan kebaikan. Siapa tidak diberikan keberuntungan memiliki sifat lemah lembut, dia sungguh telah dihalangi dari kebaikan." (Shahih, di dalam kitab Ash-Shahihah, 519 dan 876)

Wasiat-Wasiat Abu Darda'

Abu Darda' radhiyallahu 'anhu adalah seorang yang bijak, di antara ucapan-ucapan yang lahir dari kebijaksanaan beliau adalah,
لو أن رجلاً هرب من رزقه كما يهرب من الموت، لأدركه رزقه كما يدركه الموت

"Seandainya seseorang lari dari rezekinya sebagaimana dia lari dari kematian, pasti rezeki tersebut tetap mendapatkannya sebagaimana kematian tetap mendapatkannya."

من كثر كلامه كثر كذبه، ومن كثر حلفه كثر إثمه، ومن كثرت خصومته لم يسلم دينه

"Siapa yang banyak ucapannya, banyak pula bohongnya. Siapa yang banyak bersumpah, banyak pula dosanya. Siapa yang banyak berdebat (permusuhan), maka tak selamat agamanya."

من لم يعرف نعمة الله عليه إلا في مطعمه ومشربه، فقد قلَّ علمه وحضر عذابه، ومن لم يكن غنيًّا عن الدنيا فلا دنيا له

"Siapa yang hanya mengenal nikmat Allah hanya pada makanan dan minuman, sungguh sedikit ilmunya dan adzab hadir untuknya. Siapa yang tidak cukup dengan dunia, maka tidak ada dunia baginya."

Wafatnya Abu Darda'

Dari Ummu Darda' radhiyallahu 'anha, ia bercerita ketika Abu Darda' tengah mengalami sakaratul maut, ia berkata,
"Siapa yang beramal mempersiapkan untuk hari ini ? Siapa yang beramal untuk saat-saat seperti ini ? Siapa yang beramal untuk kondisi terbaring seperti ini ? Kemudian ia membaca firman Allah Subhanahu wa Ta'ala,

وَنُقَلِّبُ اَفْــئِدَتَهُمْ وَاَ بْصَا رَهُمْ كَمَا لَمْ يُؤْمِنُوْا بِهٖۤ اَوَّلَ مَرَّةٍ وَّنَذَرُهُمْ فِيْ طُغْيَا نِهِمْ يَعْمَهُوْنَ

"Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti pertama kali mereka tidak beriman kepadanya (Al-Qur'an), dan Kami biarkan mereka bingung dalam kesesatan." (QS. Al-An'am 6: Ayat 110)

Abu Darda' radhiyallahu 'anhu wafat di Damaskus pada tahun 32 Hijriyah, ada juga yang berpendapat bahwa Abu Darda' meninggal pada tahun 31 Hijriyah.

kisah abu darda menuntut ilmu, kisah abu darda dan pohon kurma, kisah abu darda dan salman, kisah abu darda dan penuntut ilmu, kisah abu darda dan ummu darda, kisah abu darda menanam pohon, kisah abu darda yang menanam pohon, kisah abu darda di racun, kisah abu darda dalam menuntut ilmu, kisah abu darda dan salman al farisi, kisah persahabatan abu darda dan salman al farisi kisah abu lubabah dan abu darda, kisah sahabat abu darda, kisah cinta abu darda, abu darda adalah, kisah cinta abu darda dan salman al farisi, cerita abu darda, kisah abu darda dan untanya, abu darda', kisah cinta abu darda dan ummu darda, kisah abu darda dan istrinya, kisah abu darda masuk islam, kisah istri abu darda, kisah abu darda melamar, ma'had abu darda, kisah abu darda sahabat nabi, kisah abu darda rumah terbakar, abu darda radhiyallahu anhu, sahabat nabi abu darda, abu darda, kisah tentang abu darda.
LihatTutupKomentar