Kata Mutiara Ali bin Abi Thalib Tentang Harapan

"Dia mengaku menurut anggapannya sendiri, bahwasanya dia berharap kepada Allah ﷻ. Demi Allah Yang Maha Besar, dia telah berkata dusta. Jika dia berkata benar, mengapa harapannya kepada Allah ﷻ tidak terlihat dalam perbuatannya ? Sebab, barangsiapa yang berharap (akan sesuatu), pasti harapannya akan diketahui lewat perbuatannya. Setiap harapan mengandung aib kecuali harapan kepada Allah ﷻ. Dia berharap kepada Allah ﷻ untuk mendapatkan hal yang besar, namun dia berharap kepada sesama hamba untuk hal yang kecil. Maka, dia memberi kepada si hamba apa yang tidak diberikannya kepada Tuhannya.

Alangkah mengherankannya, mengapa Allah Yang Maha Besar pujian-Nya diperlakukan kurang dari pada perlakuannya terhadap hamba-hamba-Nya ? Apakah kamu khawatir, bahwasanya harapanmu kepada-Nya adalah kedustaan ? Ataukah kamu beranggapan bahwa tidak ada tempat bagi-Nya untuk berharap kepada-Nya ?

Demikian juga jika dia merasa takut kepada salah seorang hamba, dia lebih takut kepada orang itu dari pada kepada Tuhannya. Maka, dia membayar ketakutan kepada si hamba dengan pembayaran tunai, sementara dia membayar ketakutannya kepada Tuhannya dengan janji-janji yang selalu ditunda.

Dan demikian juga jika dunia ini menjadi besar dalam pandangannya dan menempati porsi yang besar dalam hatinya, niscaya dia akan lebih mengutamakannya dari pada Allah ﷻ, lalu dia pun akan mencurahkan segala pikirannya kepadanya dan menjadi hamba baginya."

"Harapan kepada Sang Pencipta lebih kuat dari pada takut (kepada-Nya) karena kamu takut kepada-Nya disebabkan oleh dosamu, sementara kamu berharap kepada-Nya karena kemurahan-Nya. Maka, ketakutan itu milikmu, sedangkan harapan itu milik-Nya. Takutlah kepada Allah ﷻ, sehingga seakan-akan kamu tidak pernah mentaati-Nya, dan berharaplah kepada-Nya seakan-akan kamu tidak pernah bermaksiat kepada-Nya."

"Sungguh mengherankan, orang yang takut pada siksaan seorang penguasa, padahal siksaan itu pendek masanya, sementara dia tidak takut terhadap siksa Allah ﷻ Yang Maha Kuasa, padahal siksa-Nya terus berkelanjutan (kekal)."

"Tidak ada benteng yang lebih kokoh dari pada wara' (kehati-hatian dalam beragama)."

"Sudah sepantasnya bagi seorang hamba untuk takut kepada Allah ﷻ di waktu sendirian (ketika tidak dilihat orang banyak), memelihara dirinya dari segala cela, dan bertambah kebaikannya ketika usianya bertambah tua."

"Takutlah kepada Allah ﷻ di waktu sendiri mu, niscaya Dia akan menjauhkan dirimu dari segala hal yang membahayakan mu. Barang siapa yang takut kepada Allah ﷻ, niscaya akan takut kepadanya segala sesuatu."
LihatTutupKomentar